1 Juli 2025

Marketplus.id – Penipuan akan selalu ada, bahkan usianya sama seperti sejak manusia ada. Modusnya beragam dengan satu tujuan, mengambil yang bukan miliknya.

Menurut Tino Agus Salim, Director and Lead Trainer Salim Excellence Center (SEC), saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Selasa (13/7/2021), modus dari pelaku penipuan selalu berganti, memanfaatkan teknologi yang ada, salah satunya menggunakan ponsel dengan cara menelepon calon korban.

“Sebetulnya dengan zaman sekarang, cara penipuan lebih mudah, tanpa harus keluar rumah. Misalnya saja melalui telepon, misalnya dengan daftar nomor, dihubungi satu per satu, sehari 50 nomor, berhasil 5 orang lumayan,” ungkapnya.

Lanjutnya, penipu ulung, memiliki kemampuan sosial engineering. Dimana sejak awal percakapan dia sudah bisa menangkap secara psikologis apakah calon korban akan masuk perangkap atau tidak. “Gaya setiap orang itu akan lebih gampang dengan cara bicara seperti apa,” tegasnya.

Ia juga menerangkan, tidak hanya melalui sambungan telepon, cara lain yang bisa digunakan adalah melalui Short Messages Services (SMS). Ada software yang diperjualbelikan secara bebas untuk mengirim pesan singkat ke banyak nomor sekaligus.

“Ada yang jual software, tools untuk kirim SMS ke banyak nomor, harganya murah. Misal kirim 1.000 pesan, dapat 10 kan lumayan,” ujarnya.

Dia mengatakan, tidak heran jika masih ada saja masyarakat yang tertipu. Korban-korban biasanya memang orang yang mudah dikelabui dan silau dengan hadiah, apalagi dengan nominal yang menggiurkan.

“Kalau orang pintar dikasih hadiah, dia akan mikir. Bisa juga modus-modus yang memanfaatkan kedekatan seperti keluarga, anak,” ujarnya.

Tino mengungkapkan, dari semua aksi penipuan, memang sebagian besar melibatkan perbankan. Baik itu untuk menggiring mangsanya untuk melakukan transfer langsung ke ATM atau menggunakan mobile banking.

“Kalau dilihat-lihat, bank-nya longgar dalam artian sulit dalam prosesnya, akan menjadi target (penipuan). Misalnya seperti Bank BCA dan Bank Mandiri kan susah tuh,” ucapnya.

Ia juga menjelaskan, guna menghindari lebih banyak korban, menceritakan kembali modus-modus yang pernah terjadi diharapkan membuat masyarakat lebih waspada. “Seahrusnya Pemberitaan di media untuk menceritakan modus apa yang sering dilakukan, bisa membuat masyarakat sadar. Penipuan masih terus menjadi momok di tengah masyarakat. banyak cara yang dilakukan,” tutupnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Selasa (13/7/2021) juga menghadirkan pembicara Khoirul Anwar (Praktisi Pendidikan & Owner Arjuna PG Group), Darwin Tenironama (Managing Director IMS Hospitality Management Counsulting & Lecturer Universitas Multimedia Nusantara), Moch. Sofi Asrifian (Praktisi IT & Relawan TIK), dan Juliana Eva Wati sebagai Key Opinion Leader.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *