
Marketplus.id – Penyelenggaraan Kegiatan Literasi Digital di Jawa Timur I kali ini diselenggarakan di kabupaten/kota Surabaya, (30/7).
Acara dipimpin oleh Moderator, Safira Dwi Siwi, S.Ds., dengan menghadirkan 4 narasumber yaitu Anjani Amitya Kirana, BES, Ulil Albab, Dendys Darmawan, Bagaskoro, S.Kom., MM. dan Anindito Wisnu Sampurno (KOL).
Dengan jumlah 474 peserta, dapat dilihat antusiasme dari setiap peserta yang hadir pada acara hari ini, karena peserta seminar dan diskusi secara online yang hadir mempunyai kesempatan untuk bertanya kepada narasumber.
Salah satu pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber Dendys Darmawan adalah Seringkali terjadi perbedaan standar etika dalam dunia digital terutama antara generasi tua dan generasi muda, Apakah ada standar yang memang ditetapkan untuk menentukan level etika minimal di dunia digital? Lalu bagaimana seseorang dapat dikatakan beretika dalam dunia digital , dan juga seseorang dapat dikatakan tidak beretika dalam dunia digital?
Menurut Dendys Darmawan, Etika adalah suatu pandangan tentang baik dan buruk terhadap perilaku manusia. Terkait dengan etika minimal di media sosial yang perlu diindahkan di antaranya adalah etika negara dalam bentuk peraturan perundang-undangan, etika yang berlaku di sosial masyarakat, dan etika nilai-nilai pribadi. Sekalipun antara generasi tua dan generasi muda bisa jadi ada perbedaan definisi tentang baikburuk, tetapi kalau kita dalam keadaan kondisi emosi yang jernih, tidak dalam emosi yang marahatau euphoria yang berlebihan, kita cenderung akan melakukan sesuatu yang baik (etis).
“Bisa dikatakan, perilaku etis berangkatnya dari kondisi batin atau emosi yang baik.Mudahnya, kita bisa memposisikan diri kita pada orang yang yang sedang berinteraksi dengan kita. Kita cek, apakah yang kita lakukan atau katakan itu nyaman terhadap orang lain, apabila kita berada di posisinya? Saat sudah melakukan cek ini, tetapi ternyata apa yang kita lakukan atau katakan itu tetap dianggap kurang baik oleh orang lain, maka kita perlu mengklarifikasi, kita perlu melakukan komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman,” terangnya.
Ia juga menambahkan, apabila memang kita salah, ya kita meminta maaf dan kita bertanggung jawab atas kesalahan yang kita lakukan, dengan catatan kesalahan yang kita lakukan betul-betul tidak disengaja, tidak disadari, tidak diniatkan, dan kita melakukannya tidak dalam keadaan emosi yang entah itu sangat euphoria atau marah. Bagaimana dikatakan beretika atau tidak beretika di media sosial? Dikatakan beretika, kita bisa lihat dari dampaknya saja.
Apabila kita melakukan sesuatu di media sosial entah memposting atau mengetik sesuatu dan berdampak baik buat diri kita sendiri dan orang-orang disekitar, maka boleh kita simpulkan kita sedang mengindahkan etika-etika yang ada, baik etika perundang-undangan negara, etika sosial masyarakat, maupun etika personal.
Sebaliknya, apabila yang kita lakukan di media sosial justru menimbulkan dampak tidak baik, ini adalah satu indikasi bisa jadi ada etika yang kita langgar. Jadi dikatakan etis atau tidak etis itu bisa dilihat dari dampak yang ditimbulkankan .