3 Juli 2025

Marketplus.id – Kemajuan teknologi yang tidak terbatas pada era digital saat ini, menyebabkan anak-anak semakin mudah terpapar pornografi. Akses mudah ke pornografi secara online akan menimbulkan potensi bahaya yang meningkatkan peningkatan tentang kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.

Apalagi di saat pandemi seperti sekarang ini, anak tentu semakin sering mengakses internet. Belum lagi konten pornografi digital yang semakin mudah dicapai anak-anak melalui fasiltas gadget yang diterima dari orang tua mereka.

Pada tahun 2020, Kementerian Kominfo sudah menangani konten internet negatif saja 1,3 juta. Sebanyak 1,06 juta konten negatif yang pernah ditangani sebagai konten pornografi.

Nurchairiyah Harahap, Account Manager at Fuselab Integrared Creative Partner menyampaikan, fase perekembangan otak paling signifikan adalah rentang usia remaja hingga dewasa, yaitu usia antara 12-25 tahun. Pada fase ini perilaku manusia ditentukan oleh bagian otak yang berkaitan dengan sistem limbik (terutama pada bagian amigdala) yang mengatur emosi, motivasi, agresi, dan perilaku naluriah lainnya.

“Sementara bagian lobus frontal yang mengatur sistem ketenangan, logika, etika dan konsentrasi lebih lambat berkembang,” tutur Nurchairiyah, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (08/10/2021).

Lanjutnya, dampak merusak pornografi, akan merusak bagian lobus frontal yang dikenal dengan Pre-Frontal Corteks (PFC). Bagian itu merupakan bagian otak yang berfungsi untuk menata emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan, berpikir kritis, berfikir dan berencana masa depan, membentuk perilaku dan berperilaku sosial.

“Kerusakan otak akibat pornografi jauh lebih berbahaya. Jika dampak narkoba dan zat adiktif dapat merusak 3 bagian otak, maka pecandu pornografi yang sudah melakukan hubungan seks dengan anak-anak mengalami kerusakan otak di 5 bagian,” katanya.

Menurutnya, buruk pornografi lainnya dapat merusak diri, tata nilai dan etika, mengubah sikap mengubah persepsi bahwa pasangannya (dan bahkan anak-anak) hanya objek seks belaka, dan meningkatkan eksplorasi seks remaja kedalam perilaku seks bebas.

Kemudian dampak buruk pornografi juga menyebabkan perilaku seks berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit menular, kesehatan organ reproduksi dan aborsi.

“Pornografi bisa menjadi penyebab kekerasan seksual. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat, kekerasan seksual anak dan perempuan mencapai angka tertinggi pada tahun 2020 yakni sekitar 7.191 kasus,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, orang tua perlu memperhatikan penggunaan media terhadap anak. Sebab, usia anak-anak akan lebih mudah mengamati dan mengamati perilaku yang ia lihat meskipun tanpa sekalipun. Ada beberapa hal yang dapat membantu orangtua untuk memerangi atau menangkal bahaya pornografi pada anak dan remaja.

Pertama, menanamkan pendidikan agama, budi pekerti, dan nilai-nilai luhur sejak dini sekalipun anak masih dalam kandungan.

“Artinya ibu hamil sudah bisa menerapkan pendidikan agama, budi pekerti, akhlak, nilai-nilai luhur sejak dalam kandungan. Seperti beribadah, berkata dan berperilaku yang baik, dan selalu berpikir positif. Ini menjadi pendidikan anak sejak dini,” katanya.

Ia menuturkan, menangkal pornografi juga dapat dilakukan dengan cara menjalin komunikasi, serta memberikan perhatian dan kasih sayang yang intens terhadap tumbuh kembang dan lingkungan pergaulan anak.

“Dampingi dan berikan pengertian tentang bagaimana menggunakan internet dengan sehat, baik dan aman. mengendalikan atau kurangi aktivitas yang dapat memunculkan kecanduan pada anak seperti video game, browsing, dan media sosial,” tuturnya.

Kemudian, juga dilakukan dengan hal-hal baru yang positif seperti pengembangan hobi, ide, kreativitas, serta memberikan pendidikan seks yang baik dan sesuai dengan tumbuh kembang anak agar mereka dapat membedakan apa itu pornografi.

“Berdialog dan praktiklah dengan baik tentang dampak pornografi bila anak kedapatan mengakses pornografi. Kemudian memasang pengaman pada gawai agar anak tidak dapat mengakses konten pornografi,” tambahnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (08/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Imron Romanza (Pengelola Media), Ediyanto (Dosen Fakultas Ekonomi UNARS Situbondo), I Nengah Suka Arta (Staf Humas Hindu Kamwil Kementerian Agama Jawa Timur), dan Roofi Anggara (Influencer) sebagai Key Opinion Leader.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *