
Marketplus.id — Potensi besar media sosial atau ruang digital bisa berdampak ganda, yaitu berdampak positif maupun negatif. Oleh karena itu, dibutuhkan kecakapan literasi digital untuk mencegah timbulnya dampak negatif. Sikap kritis amat diperlukan untuk mencegah terseret arus kabar bohong di dunia internet.
Demikian beberapa kesimpulan dalam webinar yang mengambil tema “Etika & Aturan Memviralkan Sebuah Peristiwa Melalui Media Sosial”, Kamis (8/9), di Makassar, Sulawesi Selatan. Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menghadirkan narasumber pembawa acara stasiun televisi Indosiar Utrich Farzah; NXG Indonesia Chapter Makassar Faizal Nur Syarif; serta anggota RTIK Lampung Fathurrahman Kurniawan Ikhsan.
Farzah menyampaikan, potensi media sosial sangat luar biasa di seluruh dunia. Media sosial memiliki kekuatan berupa jangkauan luas dan tidak terbatas oleh ruang maupun waktu. Media sosial juga bisa diterima secara massal dalam waktu singkat. Selain itu, konten di media sosial juga mudah dibagikan.
“Namun, ada dampak positif sekaligus dampak negatif dari dunia media sosial. Dampak positifnya adalah peristiwa viral karyawati sebuah minimarket yang diancam secara hukum oleh pencuri coklat yang dijual di minimarket tersebut yang tertangkap kamera CCTV. Namun, setelah viral dan banyak mendapat pembelaan, si pencuri akhirnya minta maaf dan si karyawati terlepas dari ancaman hukum yang dilontarkan pihak pencuri,” ujar Farzah.
Namun, imbuh Farzah, dampak negatif media sosial juga tidak kalah hebatnya. Salah satunya adalah kabar bohong atau hoaks. Hoaks bisa meresahkan dan menimbulkan perpecahan di masyarakat. Oleh karena itu, untuk meredam dampak negatif media sosial, hal yang bisa dilakukan adalah tidak mudah terpengaruh oleh sebuah kabar, memastikan bahwa hal tersebut fakta dan bukan opini, memeriksa keaslian sebuah berita atau kabar, serta berpartisipasi aktif di forum diskusi anti hoaks.
Terkait etika di media sosial, Arthur menyampaikan, etika diperlukan lantara jagad media sosial diikuti oleh berbagai latar belakang orang dengan budaya yang berbeda-beda. Interaksi antar latar belakang yang berbeda itu menciptakan standar baru tentang etika. Oleh karena itu, di ruang digital pun membutuhkan penerapan sebuah etika digital.
“Etika bermedia sosial itu antara lain menggunakan bahasa yang sopan, bijaksana, dan santun. Hindari penyebaran kabar meragukan atau bahkan hoaks, pornografi, maupun sesuatu yang mengandung SARA. Terakhir, selain rajin memeriksa kebenaran sebuah berita, jangan mudah mengumbar informasi pribadi di media sosial karena hal itu akan memberi peluang bagi orang lain untuk memanfaatkan data kita sebagai pintu masuk kejahatan,” ucap Arthur.
Sementara itu, dalam paparannya Fathurrahman mengungkapkan cara mengenali berita palsu yang berada di ruang digital. Caranya adalah berhati-hati dengan judul berita yang provokatif. Pasalnya, berita bohong acapkali menggunakan judul atau kalimat yang provokatif. Selain itu, alamat situs pembawa berita harus dicermati. Apabila alamat situsnya belum terverifikasi atau berasal dari sebuah blog, maka berita yang disajikan layak diragukan kebenaran dan keasliannya.
“Kuncinya dalam beraktivitas di dunia digital adalah selalu berpikir kritis atau tidak gampang percaya dengan semua yang kita baca di internet,” kata Fathurrahman.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.