27 Maret 2025

Marketplus.idKementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Lumajang, (9/6/2021).

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.

Syifaul Arifin, Solopos, Mafindo, Google News Initiative, AJI, mengungkapkan, dalam bermedia social diperlukan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari−hari yang dinamakan budaya bermedia digital.

“Kalau kita tidak memiliki pemahaman budaya digital akan mengakibatkan, kebebasan berekspresi atau perundungan siber, ujaran kebencian, prasangka atau fakta, pencemaran nama baik, provokasi mengarah pada segregasi sosial, pelanggaran privasi di ruang digital, tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi. Sebagai contoh kasus babi ngepet, tetangga kaya dikira pelihara babi ngepet. Ternyata main saham, jualan online, main mata uang kripto, konsultan via online, content creator, dan broker online,” paparnya.

Arifin menjelaskan, dengan contoh itu maka wajar, Microsoft menobatkan nitizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Seharus kita bersikap kritis atau skeptis. Tidak semua yang kita terima di HP atau media sosial adalah sesuatu yang benar dan berguna. Tidak semua yang kita terima dari orang lebih pintar, orang dihormati, orang dipercayai adalah sesuatu yang benar.

Untuk menangkal itu, Vivid Sambas, Komite Edukasi Mafindo, menerangkan, banyak masyarakat terkena hoaks karena kurangnya literasi. Kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis atau saat menyampaikan pesan kembali yang membuat hanya membaca judul tanpa isi, hanya percaya sumber tertentu & sepihak, tidak bisa membedakan hoax atau bukan, dan emosional. Serta tidak memahai cara periksa fakta secara sederhana.

Vivi mengungkapkan, ciri konten hoks seperti biasanya membangkitkan emosi, sumber berita gak jelas, minta diviralkan / sebar, argumen yang keliatan ilmiah tapi salah, dan artikel menyembunyikan fakta.

“Dunia digital adalah dunia kita saat ini. Menjadi warga digital yang beretika adalah bentuk memenuhi tanggung jawab sebaik-baiknya,” paparnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi, ini juga menghadirkan pembicara lain seperti Rane Hafied (Chief Creative Officer PT Paberik Soera Rakjat), dan Pradipta Nugrahanto (Podcaster & Voice Talent).

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia Kegiatan ini diprakarsai Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo RI) bersama Sinerkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *