5 Juli 2025
OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Marketplus.id – Jejak digital merupakan kumpulan jejak dari semua data digital, baik dokumen maupun akun digital. Jejak digital dapat tersedia baik bagi data digital yang disimpan di komputer maupun disimpan secara online di dunia siber.

Hal itu diungkapkan, Silmia Nurilhutami, Penyiar Berita JTV, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Senin (21/6/2021).

“Manusia masa kini menghasilkan jejak digital jauh lebih besar dibandingkan masa sebelumnya. Ini terjadi karena masifnya penggunaan smartphone. Tahun 2017 diperkirakan ada 2,32 miliar pengguna smartphone di seluruh dunia. Pada tahun ini jumlahnya diprediksi meningkat hingga 2,53 miliar pengguna. Karena melalui smartphone hampir segala jejak digital bisa tercipta. Email yang dikirim atau diterima, pembaruan status di media sosial, jejak navigasi GPS, hingga foto atau video yang disimpan menghasilkan jejak digital,” ujar Silmia.

Silmia menambahkan jejak digital yang tercipta atas segala tindak-tanduk digital penggunanya, sesungguhnya lebih tepat disebut sebagai bom ranjau yang tertanam di dalam si pemilik jejak. Bom akan meledak terutama jika ada pihak-pihak tertentu yang menargetkan si pemiliki jejak digital. Apalagi jika pemiliki jejak diketahui memiliki data-data digital yang merugikan dirinya.

Kelly Moore dalam jurnalnya berjudul “The Influencer of Personality on Facebook Usage, Wall Posting and Regret” menyatakan 20% pengguna Facebook tidak mau apapun yang ia unggah ke media sosial dilihat atasan mereka. Karena akan sangat mempengaruhi keputusan yang diambil dalam karier mereka.

“Hampir 70% perusahaan di Amerika melirik pencari kerja melihat media sosialnya mereka dahaulu. Untuk itu sangat disarankan para pencari kerja untuk menjaga jejak digitalnya mulai saat ini,” paparnya.

Jejak digital terbagi menjadi dua yaitu pasif dan aktif dilihat dari cara bagaimana suatu kegiatan digital menghasilkan jejak. Jejak digital pasif merupakan jejak yang tidak sengaja ditinggalkan. Contohnya rekaman linimasa Google Maps. Perekaman tujuan maupun rute dilakukan tanpa ada tindakan aktif dari si pemilik digital untuk memberikannya.

Sementara jejak digital aktif merupakan segala jejak digital yang tercipta atas peran aktif si pengguna. Seperti saat mengunggah apapun di media sosial. Email yang dikirim pemilik jejak digital dengan sadar mereka menciptakan jejak digital sendiri.

Lanjut dia, kalau jejak digital tidak diperhatikan akan bisa tejadi kejahatan jejak digital ada phising, dan risiko jejak reputasi. Pramono Anung, melalui akun Twitter resminya mengatakan, bagi siapapun yang ingin jabatan politik dan harus ikut berkompetisi dalam pilihan, hati-hati dengan sampah digital yang berkaitan dengan tindakan moralitas akan tersimpan rapih dan akan dikeluarkan pada saat yang tepat.

“Salah satu contohnya serangan jejak digital di awal tahun politik ini adalah Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. melalui keterangan media yang ia berikan, Azwar mengaku dikirimin gambar-gambar dari masa lalunya. Ia tidak menjelaskan bagaimana gambar masa lalunya bisa beredar luas. termasuk siapa yang pertama kali mengambil gambar tersebut dan menyimpannya,” katanya.

Agar tidak terjadi seperti itu ada beberapa tips menghindari rekam jejak seperti tidak menyebarkan informasi sensitif yaitu KTP, nomor ponsel, alamat rumah dan password. Gunakan password yang tidak mudah ditebak agar tidak mudah diretas dan gunakan two step authentication. Tidak mudah percaya dan terpancing dengan informasi yang tidak masuk akal. Berikan info positif yang akan disebarkan di dunia maya dan tidak membuka sembarang link.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Senin (21/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Nanda Irawan (Pengusaha, Eksportir CEO Charcoalnesia), Edi Purwanto (Dosen FEB Universitas Wiraraja Sumenep), Dhoqi Dofiri (Founder & CEO Dolfis), dan Key Opinian Leader Fauzi Efendi (Influencer & Founder @santriMadura).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *