Marketplus.id – Mengapa harus bijak di media digital? Ruang digital yang tiada batas ini memungkinkan siapapun dari belahan dunia manapun berkomunikasi dan berinteraksi. Meskipun tidak membawa nama negara tapi kita sebagai warga negara Indonesia otomatis membawa Citra Indonesia di mata dunia saat berada di ruang digital.
Maka jika etika kita buruk kita bisa merusak citra satu negara. dan nyatanya memang itu kejadian. Ada satu survei yang menyebut netizen Indonesia menjadi yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Hasil dari laporan digital civility index tahun 2020.
Stefani Anggraini, Beauty & Makeup Influencer mengatakan, netizen Indonesia boleh dibilang kompak tetapi dalam urusan menyerang akun media sosial seseorang yang mereka anggap menjadi musuh bersama. Musuh musuh bersama itu bukan hanya di kehidupannya nyata tetapi menjadi seseorang yang menyebalkan di sinetron atau drama luar negeri.
“Ini sangat disayangkan sebab sesuatu yang sebenarnya tidak real bahkan niat menghibur malah dibawa ke ranah yang serius. Kita tidak pernah tahu bagaimana dampak yang dialami oleh aktris yang dikatakan menjadi musuh bersama masyarakat ini,” ujarnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (12/10/2021) siang.
Selain mempengaruhi citra negara kita, citra diri kita sendiri pun akan timbul dari unggahan di media sosial. Memang sebenarnya hak kita untuk mengunggah apapun karena itu akun media sosial kita. Tapi tentunya kita juga harus bisa memikirkan diri kita sendiri di masa mendatang, orang akan menilai kita dari unggahan kita.
Jadi, Stefani menegaskan, ada citra yang timbul mungkin saja buruk itu akibat dari posting-an kita. Mereka yang sering mengunggah makian cacian atau juga berkomentar yang tidak pantas. Citra lain mungkin dapat membuat kita terlihat menyedihkan karena kita selalu sering mengeluh.
“Citra positif seperti kita menjadi seorang yang bersemangat optimis tentu menjadi lebih baik di mata orang. Mungkin kita selalu membagikan kata-kata mutiara atau memberikan semangat kepada orang lain tentu membuat orang lain juga menjadi semangat dan memiliki pandangan yang positif terhadap kita,” jelasnya.
Itulah yang dinamakan jejak digital yang harus dibangun sekarang untuk masa depan diri sendiri. Jadi, bijak bermedia digital bukan hanya untuk menghargai orang lain, membuat citra baik untuk negara tetapi untuk masa depan diri sendiri.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (12/10/2021) siang, juga menghadirkan pembicara, Chairi Ibrahim (CEO TMP), Nanang Abdurahman (Founder Indonesia Training Consulting), Rafi Faudy Saifullah Sjukrie (Entrepreneur), dan Tresia Wulandari sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.