1 Juli 2025
WhatsApp Image 2021-11-14 at 11.16.48 (1)

Marketplus.idTidak mau anak-anak yatim di kawasan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) terlantar, pemuda bernama Saung Galing (28) membangun Pondok Pesantren (ponpes) untuk menampung mereka. Ponpes itu bernama Nurjadiid terletak di Kampung Ciketing, RT003/RW 003, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

Pembangunan sudah dilakukan sejak tahun 2010, tetapi hingga memasuki tahun 2021 tak kunjung selesai. Tidak ada donatur yang membantu. Semua biaya  pembangunan mengandalkan hasil kerja keras Saung Galing sebagai kuli bangunan dan pemulung. Kelanjutan pembangunan masih membutuhkan bantuan uang sebanyak Rp150 juta.

“Alhamdulillah syukur kepada Allah SWT. Pekerjaan saya kuli bangunan kadang mulung. Sekarang ini kalau untuk tenaga kami sekeluarga yang mengerjakan sendiri, kendalanya cuman hanya biaya. Semuanya ini kami lakukan demi masa depan adik-adik di sini semoga mereka kelak nanti menjadi yang lebih baik tidak memulung lagi,” kata Saung Galing, Jumat (12/11/2021).

Bantuan uang itu bakal digunakan untuk mengokohkan pagar yang rapuh, benahi kamar para santri yang belum layak, membeli matras, bantal, lemari, membangun dapur serta membeli sejumlah perlengkapan belajar maupun kebutuhan sehari-hari para anak yatim.

Ia berharap, dengan keberadaan pesantren ini, menambah jumlah dan pilihan warga sekitar Bantargebang yang ingin belajar di pondok pesantren.

“Kami memang sangat membutuhkan buat adik-adik di sini. Habis kalau bukan kita yang berjuang untuk mereka siapa lagi yang mau? Tujuan saya hanya satu mengajarkan agama bagi mereka, sehingga walau kata mereka ini anak-anak di tempat sampah tetapi kelak nanti menjadi orang yang bermamfaat bagi orang lain,” kata pemuda yang sudah hijrah dari anak punk itu.

Saat ini, banyak hal yang sedang dialami  anak-anak yatim di Pesantren Nurjadiid. Seperti tidur di atas tikar bekas tanpa bantal,  ditambah basah kuyup akibat tampias air hujan yang masuk lewat celah-celah atap. Mata para santri juga mengalami kesakitan lantaran kerap kemasukan serbuk campuran semen dan pasir akibat dinding tembok masih kasar belum ‘aci’.

Pagar di balkon lantai dua yang tak kokoh sehingga menggunakan bambu sebagai tiang penyanggah. Bila lengah sangat berisiko jatuh ke bawah yang tingginya sekitar 3,5 meter.

Tidak ada donatur yang rutin menopang para anak yatim di Pondok Pesantren Nurjadiid. Sehingga setiap hari para santri juga rela bergantian memulung di sekitar tempat pembuangan sampah.

Barang-barang bekas yang dipungut dijual ke lapak. Hasilnya digunakan untuk menopang biaya konsumsi sehari-hari para santri. Dapur yang digunakan untuk memasak juga masih gubuk kini sudah reyot termakan usia. Sering bocor jika hujan turun.

Saat ini, inilah.com sedang melakukan  penggalang dana untuk mewujudkan pembangunan Ponpes Nurhajadiid yang artinya Cahaya Baru di tengah gunung-gunung sampah.

Diharapkan kawan-kawan para donatur ikut membantu menyebarkan semangat kebaikan ini demi membantu Saung Galing Sang Pemulung membangun rumah dan masa depan anak-anak yatim di tempat pembuangan sampah. Link galang dana Pesantren Nurjadid bisa diakses di https://kitabisa.com/campaign/bantusaunggaling

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *