
Marketplus.id – Jangkat Culture Festival yang diadakan pada 24-25 Juni 2022 lalu berlangsung meriah. Festival budaya yang pertama kali dilangsungkan ini menghadirkan beragam budaya khas Jangkat dan juga pemecahan rekor prosesi membakar Jaudah terbanyak di Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Kami ingin budaya masyarakat Jangkat dikenal luas dan sebagai daya tarik wisata. Karena Jangkat yang berada di Kabupaten Merangin ini memiliki keindahan alam yang luar biasa bagusnya. Banyak spot-spot wisata alam yang menarik yang bisa dikunjungi di Jangkat ini,” ujar Arif Budiman, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov Jambi, di pembukaan Jangkat Culture Festival 2022, Jumat (24/6/2022).
Festival ini berlangsung di lapangan sepak bola Lubuk Pungguk, Jangkat, Merangin, Jambi. Sejak pagi, masyarakat sangat antusias mengikuti acara ini. Setelah dibuka oleh Wakil Gubernur Jambi, Drs. H. Abdullah Sani, M.Pd.I acara pun dimulai dengan menampilkan budaya khas Jangkat diantaranya Zikir Ngguk, tarian daerah tari khadam, tari Kisohah dan beberapa kesenian lainnya.
Puncaknya, saat prosesi bakar Jaudah, masyarakat langsung tumpah ruah mendekat titik-titik pembakaran. Setelah Jaudah dibagikan, serentak mereka membakar Jaudah yang sudah dijepit dengan bambu. Ada sebuah aturan yang tidak boleh dilanggar peserta, yakni peserta perempuan wajib menggunakan Tengkulup, yakni penutup kepala khas Jangkat serta peserta pria wajib mengalungi sarung.
Pembakaran Jaudah massal ini diikuti sekitar 600 peserta. Jaudah merupakan makanan khas Jangkat, di Jawa kita biasa menyebutnya dodol. Yang uniknya, jaudah ini dapat disimpan dan bertahan hingga satu tahun. “Tradisi bakar Jaudah merupakan tradisi turun temurun dari para leluhur sebagai menu sarapan sebelum pergi ke sawah atau ladang biasa dipadukan dengan teh atau kopi,” kata Arif Budiman menjelaskan.
Jaudah sendiri bentuknya menyerupai dodol. Terbuat dari tepung ketan dan gula yang diaduk konstan. Kemudian adonan diletakan dalam bilah bambu. Kunci Jaudah bisa disimpan selama satu tahun tanpa pengawet adalah tidak penggunaan santan seperti membuat dodol pada umumnya dan menyimpan bilah bambu Jaudah diatas perapian.
Sebelum dinikmati, Jaudah dipotong kecil terlebih dahulu, baru kemudian dibakar agar rasanya semakin legit. Selain dibakar, Jaudah ini juga biasa digoreng, sehingga memberikan tekstur crispy di kulitnya dan legit didalamnya. Untuk saat ini, jaudah dibuat hanya pada perayaan hari besar keagamaan atau acara pesta masyarakat sebagai kudapan khas masyarakat jangkat.”
Festival jangkat sudah kita agendakan menjadi agenda setiap tahun dan akan dikembangkan jadi agenda provinsi dari kementerian pariwisata,” kata Arif Budiman.