2 Juli 2025
WhatsApp Image 2022-06-27 at 13.36.26

Marketplus.co.id – Sejak akhir tahun 90-an, Indonesia mencatatkan penurunan dalam produksi minyak, dan terjadi hingga sekarang. Sementara itu, konsumsi minyak dalam negeri terus meningkat.

Awal tahun 2000-an, Indonesia sudah tidak mampu mencukupi konsumsi dari hasil produksi sendiri. Alhasil, pada 2008 terjadi perubahan dalam sejarah energi Indonesia, dari Anggota OPEC ke importir minyak.

Rekam jejak sejarah minyak Indonesia itu diutarakan oleh Martha Relitha Sibarani, Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Aneka EBT Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, dalam talkshow “Energi Terbarukan Untuk Siapa, Kamu Perlu Tahu” yang diselenggarakan secara virtual oleh netralnews.com, Minggu (26/6/2022).

Melihat kondisi tersebut, mencari sumber energi alternatif untuk mendukung pembangunan berkelanjutan mutlak dilakukan. Menurut Martha, Indonesia sebenarnya sudah memulai pengembangan energi alternatif, berupa Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sejak tahun 1990. Namun saat itu belum terlalu fokus sehingga perkembangannya tak signifikan.

Nah, mungkin masih banyak nih para anak muda, baik milenial maupun Gen Z yang belum mengerti benar apa itu energi alternatif yang digadang-gadang untuk mengganti penggunaan energi fosil di Indonesia. Sebenarnya apa EBT itu ya?

Berdasarkan Undang-undang No.30 Tahun 2007 tentang Energi, ada dua sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk menggantikan energi fosil. Pertama adalah Energi Baru, yaitu energi yang dihasilkan oleh teknologi baru yang berasal dari sumber energi terbarukan dan sumber energi tak terbarukan. Kedua, Energi Terbarukan berupa energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik.

Selanjutnya, diperolah dari mana saja energi alternatif tersebut? Untuk Energi Baru, jenisnya berupa Batubara Tercairkan, Gas Metana Batubara, Nuklir, Batubara Tergaskan, dan Hidrogen. Sedangkan, Energi Terbarukan diperoleh dari Panas Bumi, Air, Bioenergi, Cahaya Matahari/Surya, Bayu/Angin, serta Arus dan Gelombang Laut.

“Potensi EBT di Indonesia sangat besar dan berada hampir di semua tempat, cuma mungkin beda kualitas aja, seperti cahaya matahari, misalnya,” kata Martha.

Ia mengatakan, hampir semua potensi Energi Terbarukan sudah dimanfaatkan di Indonesia, hanya energi yang berasal dari arus dan gelombang laut saja yang belum bisa diolah karena keterbatasan-keterbatasan yang ada.

“Potensi energi surya, panas bumi, hidro, bioenergi, bayu, sudah dikembangkan. Sebagian sudah komersil, artinya sudah memberikan penghasilan,” terangnya.

Sementara itu, untuk pengembangan Energi Baru, menurut Martha, relatif belum banyak dilakukan. Saat ini hanya potensi energi dari gas metana batubara yang masih dalam pengembangan tahap awal.

Pengembangan Energi Baru ini memang relatif sulit, butuh teknologi tinggi dan biaya yang mahal. Sehingga, mendorong peralihan energi ke sumber EBT menjadi opsi cepat yang dipilih untuk memacu peralihan alias transisi energi dari energi fosil ke energi bersih.

Melihat masih minimnya masyarakat terutama milenial dan Gen Z terhadap energi terbarukan, Tirta Komunika dan Netralnews.com menyelenggarakan talkshow soal energi terbarukan. Acara ini sepenuhnya mendapat dukungan dari PT Pertamina Geothermal Energy.

Artis Olivia Zalianty, yang turut hadir pada acara tersebut juga mengungkapkan pendapatnya. Menurut Olivia, problem di alam sudah di depan mata, untuk itu ia merasa ikut terpanggil untuk menjaga keberlangsungan alam agar bertahan lebih lama.

“Selama ini, saya concern sekali untuk diskusi yang berkaitan dengan alam,” ujarnya dalam bincang santai dengan tema: “Energi Terbarukan untuk Siapa? Kamu Perlu Tahu!”, Minggu Sore (26/6/2022).

Ia juga menambahkan, Indonesia saat ini sedang menjalani masa transisi dari energi fosil ke energi terbarukan, seperti listrik dan lainnya. Untuk itu, Olive sangat concern tentang langkah apa yang sudah dilakukan.

“Yang menarik adalah apa yang sudah kita lakukan untuk melakukan transisi tersebut. Bisa dimulai dari diri kita. Mulai dari rumah dan mobil sendiri. Dan yang saya lakukan rutin juga menanam pohon. Ditambah regulasi pemerintah untuk uji emisi kendaraan bisa membuat alam bisa diperbaiki,” ujarnya.

Olivia Zalianty menggarisbawahi bahwa untuk kelangsungan alam yang lebih lama harus dilakukan dari diri sendiri, mulai dari hal kecil dan sederhana, seperti mematikan AC bila tidak digunakan, membuang sampah pada tempatnya, mematikan lampu yang tidak diperlukan dan hal sederhana lainnya.

“Dan setelah memulai dari prespektif mikro bisa membesar mulai dari tingkat RT, RW hingga ke negara,” lanjutnya.

Cara mengajak milenial untuk menjaga keberlangsungan alam menurut Olive cukup mudah. Bisa berkampanye di sosial media pribadi.

“Konten kecil yang bisa mengubah pandangan masyarakat luas. Seperti kita membuang sampah pada tempatnya, saat piknik membersihkan tempat wisata dan lain sebagainya,” tukas Olive.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *