Marketplus.id — Banjir informasi di internet atau di media sosial menimbulkan fenomena fear of missing out atau FOMO di kalangan generasi muda, khususnya di generasi Z. FOMO memiliki dampak yang merugikan, baik bagi kesehatan mental, maupun finansial. Namun, bukan berarti FOMO tidak bisa dicegah atau dihilangkan.
Demikian yang menjadi perbincangan dalam webinar dengan tema “Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di Tengah Generasi Muda”, Senin (17/10), di Pontianak, Kalimantan Barat. Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Rektor STIKOSA AWS Meithiana Indrasari; dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta Ade Irma Sukmawati; dan Almasari Aksenta selaku dosen komunikasi Politeknik Negeri Samarinda.
Dalam paparannya, Almasari menjelaskan bahwa fear of missing out (FOMO) adalah perasaan cemas, gelisah, dan takut akan kehilangan momen berharga yang dimiliki teman atau kelompok, sementara ia tidak terlibat di dalamnya. Beberapa gejala FOMO adalah sulit lepas dari ketergantungan pada media sosial, selalu mengikuti tren, memaksa membeli barang tertentu agar tidak dianggap ketinggalan zaman, dan ingin mendapat pengakuan di media sosial.
“Gejala FOMO ini merupakan salah satu wujud dari kecemasan yang ditandai dengan adanya keinginan untuk selalu mengetahui apa yang orang lain lakukan, terutama di media sosial. Dan fenomena ini banyak menghinggapi generasi Z atau gen Z (generasi yang lahir antara tahun 1995 sampai 2012),” ujar Almasari.
Untuk mengurangi gejala FOMO, imbuh Almasari, bisa dilakukan dengan menghapus beberapa aplikasi yang tidak penting pada gawai. Lalu, matikan gawai saat melakukan aktivitas dan jauhkan gawai dari tempat pribadi. Perlu pembatasan penggunaan gawai secara disiplin dan tepat waktu, dan bila perlu gunakan alarm sebagai pengingat.
“Harus mengurangi akses terhadap media sosial agar tidak kecanduan. Bisa dilakukan dengan memperbanyak aktivitas di dunia nyata. Semua dibutuhkan kesadaran diri yang disertai dengan komitmen tinggi,” tuturnya.
Menurut Meithiana, fenomena FOMO salah satunya datang dari banjirnya arus informasi akibat pesatnya penggunaan internet, termasuk dari media sosial. Aplikasi percakapan dan media sosial yang praktis dan cepat membuat seseorang bisa terhubung dengan orang lain tanpa harus bertatap muka. Situasi tersebut, yakni banjir informasi dan ragam kemudahan komunikasi di media sosial, turut berdampak negatif bagi seseorang.
“Salah satunya adalah selaku takut ketinggalan momen apabila tidak terekam dan terganggu dengan pencapaian orang lain. Antitesis dari FOMO adalah JOMO, yakni joy of missing out, yang artinya perasaan kepuasan diri di mana seseorang sudah merasa cukup dengan hidupnya sehingga mereka merasa bebas dan lebih fokus pada hal-hal yang disenangi,” katanya.
Agar tak terperangkap FOMO, Ade Irma memberikan sejumlah tips, yaitu mengaplikasikan nilai dan budaya Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyarankan agar individu atau teman yang memberi pengaruh negatif sebaiknya dihindari. Cara lainnya adalah dengan meningkatkan kemampuan atau keahlian digital agar bisa membagi konten-konten yang positif dan bermanfaat.
“Lalu, pastikan bijaksana dalam berinteraksi agar meninggalkan jejak digital yang positif yang mencerminkan budaya Pancasila,” tuturnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.