24 April 2025
Screenshoot narasumber

Marketplus.id — Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan webinar mengenai  penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024, Kamis, 4 April 2024, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tema yang diangkat adalah “Memperkuat Literasi Digital untuk Pendidikan di Masa Depan”.

Sebagai narasumber dalam webinar ini adalah Dosen FIKOM Universitas Pancasila Diana Anggraeni, Pandu Digital Indonesia Shalahuddin dan Dosen Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Anang Masduki. Sebagai pembicara kunci webinar ini adalah anggota Komit Umma Maros Rizka Aulia Sabila. Webinar ini terselenggara berkat kerja sama dengan Komunitas Komit Umma Maros.

Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,62 juta atau setara 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Di saat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang masif ini membuka ruang yang lebih luas terhadap potensi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maupun internet.

Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan TIK semakin membaik dalam setahun terakhir. Indeks literasi digital Indonesia di awal 2023 ada di level 3,54 dari skala 1-5. Artinya, secara umum literasi digital masyarakat Indonesia ada di level “sedang”. Indeks tersebut sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.

Dalam pidato kuncinya, Rizka Aulia menyampaikan, peningkatan kemampuan penggunaan internet secara aman dan produktif telah membawa perubahan besar dalam cara berkomunikasi, belajar, dan bekerja. Namun, kemajuan tersebut juga memunculkan berbagai tantangan. Tanpa literasi digital yang memadai, kita berisiko terperangkap dalam arus informasi palsu, jebakan privasi, dan ancaman keamanan online.

“Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk meningkatkan aspek literasi digital. Kegiatan ini, kami berharap menjadi langkah awal yang menginspirasi untuk meningkatkan kesadaran dalam hal literasi digital. Dari Kabupaten Maros, mari jadikan Indonesia cakap digital untuk mewujudkan Indonesia yang terkoneksi,” tuturnya.

Memulai paparannya, Diana Anggraeni menjelaskan, pendidikan di era digital adalah pendidikan yang memasukkan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam setiap mata pelajarannya. Dengan demikian, pengetahuan bisa diakses dengan lebih cepat oleh guru dan siswa. Pendidikan semacam ini kemudian disebut sebagai e-learning.

Namun demikian, imbuhnya, masih ada sejumlah tantangan di bidang pendidikan digital. Salah satunya adalah tenaga pengajar yang belum siap menggunakan teknologi. Ada pula masalah kesenjangan akses dan keterampilan digital di kalangan guru dan siswa. Masalah lainnya adalah infrastruktur digital yang minim serta ancaman keamanan data.

“Lantas, bagaimana untuk belajar beradaptasi dengan teknologi? Kuncinya adalah terus belajar, bersikap kritis dan aktif, selalu mengikuti perkembangan yang ada, serta rajin memanfaatkan aplikasi produktif,” kata Diana.

Terkait digitalisasi di sektor pendidikan, Shalahuddin berpendapat, adaptif adalah prasyarat utama agar pendidikan di Indonesia maju pesat seiring perkembangan teknologi. Selain adaptif, sumber daya manusia dengan keterampilan memadai juga harus disiapkan. Selain keterampilan, dibutuhkan pula komitmen terhadap nilai-nilai dan sikap di tengah relasi tanpa batas.

“Untuk menuju sumber daya manusia sektor pendidikan yang terampil digital, komitmen orang tua, guru/lembaga pendidikan, serta komunitas amat dibutuhkan,” ujarnya.

Anang Masduki menambahkan, digitalisasi di sektor pendidikan turut menuntut pengawasan dari guru dan orangtua siswa. Pasalnya, siswa rentan terpapar konten negatif internet apabila tanpa pengawasan. Paparan konten negatif bisa menghambat pertumbuhan kecerdasan pada siswa dan membuat emosi tidak seimbang.

“Pengawasan itu bertujuan untuk melindungi siswa dari konten negatif di internet, seperti perundungan siber, pornografi, pelecehan, atau kecanduan gadget yang menghabis waktu mereka,” ucapnya.

Menurut Anang, sikap yang perlu ditanamkan ke siswa adalah kehati-hatian dalam menggunakan internet (menghindari konten negatif), selalu bersikap kritis terhadap informasi yang beredar di internet, serta menjaga dan melindungi data pribadi. Apabila sikap tersebut dilaksanakan dengan baik, manfaat internet bagi dunia pendidikan akan membantu siswa mencapai tujuan.

Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *