Marketplus.id – PT Phapros Tbk yang juga merupakan bagian dari Holding BUMN Farmasi, terus meningkatkan kualitas produk untuk menjaga keberlanjutan bisnis dengan melakukan berbagai langkah strategis untuk mengoptimalkan operasinya.
Melalui inisiatif efisiensi yang cermat, perusahaan berhasil mencapai penekanan signifikan pada beban perusahaan dengan tetap mengutamakan standar kualitas produk melalui implementasi green business yang terintegrasi.
Plt. Direktur Utama Phapros, Ida Rahmi Kurniasih mengatakan bahwa penurunan beban biaya yang substansial ini adalah hasil dari implementasi program keberlanjutan terintegrasi dalam perusahaan sehingga pengelolaan rantai pasokan dan pemasaran produk menjadi lebih efisien.
“Sepanjang Triwulan I 2024, Phapros berhasil menekan sekitar Rp 24 miliar pada total Beban Usaha perusahaan, di sisi lain kami juga berhasil menekan beban produksi secara signifikan mencapai lebih dari 22% dibandingkan realisasi periode yang sama di tahun sebelumnya. Ini merupakan suatu pencapaian bagi Phapros dan merupakan bukti dari komitmen kami untuk menghasilkan dampak positif bagi perusahaan dan juga lingkungan” ujarnya.
Sebagai pengakuan atas komitmen Phapros terhadap green business, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah memberikan Penghargaan Gerakan Hemat Energi dan Air (HEA) Kategori Industri yang diserahkan pada tanggal 22 April 2024 secara langsung oleh Pj. Gubernur Jawa Tengah, Bapak Nana Sudjana, di Wonosobo Jawa Tengah.
“Penghargaan ini menjadi kebanggaan bagi Phapros karena upaya yang konsisten di lakukan dari tahun ke tahun memberikan dampak positif bagi manusia, bisnis dan planet, hingga di apresiasi oleh Pemerintah. Konsistensi ini tampak dari terus adanya ide dan inovasi yang datang dari karyawan sendiri untuk mengurangi, mendaur ulang, mengolah ulang sumber daya air dan energi dalam operasional perusahaan. Manajemen mendukung dengan melakukan investasi yang tepat, kemitraan dengan para ahli energi dan lingkungan dari Perguruan Tinggi agar tetap sinergis. Selain itu inovasi di bidang konservasi lingkungan, khususnya aspek efisiensi energi dan air, dapat meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kegiatan produksi yang ramah lingkungan sehingga dapat tercipta bisnis yang berkelanjutan,” ungkap Ida.
Ida menambahkan, meskipun kinerja Perseroan selama Triwulan I 2024 mengalami tekanan, namun seluruh jajaran berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan fundamental bisnis, baik dari aspek operasional maupun finansial. Dengan fokus produk, fokus konsumen, penataan keuangan, serta transformasi SDM. Manajemen meyakini momen di triwulan I 2024 ini adalah langkah awal untuk melompat menuju pertumbuhan signifikan ke depannya. Hal ini dibuktikan dengan cashflow Perusahaan yang tetap positif hingga saat ini, serta adanya perbaikan dari sisi biaya.
“Kami optimistis atas perolehan di sepanjang 2024 ini. Pembelajaran dari tahun 2023 dan Triwulan I 2024, menjadi semangat tersendiri untuk menguatkan kolaborasi dari semua unsur untuk mencapai target di sepanjang tahun. Kami secara internal telah menyiapkan beberapa strategi demi terciptanya keunggulan pabrikasi, keunggulan operasional dan keunggulan pemasaran, yang didukung dengan digitalisasi di semua lini dan berbasis pada konsep environment, sustainability dan governance,” tutup Ida.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda mengapresiasi langkah perusahaan yang mengusung kebijakan energi bersih. Menurutnya, salah satu isu yang mengemuka adalah isu perusakan hilirisasi industri yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan merugikan dalam jangka menengah dan panjang.
“Kita ketahui bersama, daerah-daerah pertambangan seperti nikel ternyata mengalami kenaikan kemiskinan dan ketimpangan. Kemudian untuk desa-desa dengan ketergantungan sektor tambang mempunyai masalah dari mulai ketersediaan pendidikan, kesehatan, terutama ekologi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, soal penggunaan batubara yang harus dikurangi terutama untuk pembangkit listrik. Kehadiran PLTU selama ini sudah menyebabkan kerugian lingkungan yang cukup signifikan. Dampak turunannya adalah pengembangan EBT juga akan terhambat karena insentif EBT masih relatif kecil.