27 Maret 2025

Marketplus.co.id — Pelarangan penggunaan plastik sekali pakai telah menjadi isu yang marak di tahun 2020, setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mensahkan regulasi pelarangan penggunaan plastik sekali pakai untuk kantong berbelanja.

Pada tanggal 29 September 2020, Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!) sebuah program inisiasi daur ulang keberlanjutan yang dibuat oleh PT Trinseo Materials Indonesia dan juga didukung oleh Kemasan Group pada tahun 2019 silam melakukan edukasi mengenai kebijakan larangan plastik sekali pakai dari beberapa perspektif, dengan judul “Apakah single-use plastic ban merupakan solusi dari masalah lingkungan di Indonesia?”.

Webinar edukasi ini dipandu oleh Hanggara Sukandar, Sustainability Director dari Responsible Care Indonesia, yang merupakan inisiatif sukarela dari industri kimia global yang dibentuk untuk meningkatkan performa lingkungan, kesehatan, keselamatan, dan keamanan fasilitas, proses, serta produk dengan prioritas utama kami pada keberlanjutan / sustainability. Turut hadir juga dalam webinar tersebut Doktor Jessica Hanafi, seorang pakar teknis ISO (International Organization of Standardization) , dan juga Advisory Committee untuk UN Environment Life Cycle Initiative untuk Social LCA, Dr. Kardiana Dewi, Sp.KK, praktisi medis, Wahyudi Sulistya, Direktur Kemasan Group, dan Prispolly Lengkong Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia.

“Kebijakan ini tentu saja akan berdampak pada aspek lain, seperti tenaga kerja, setidaknya lebih dari 170 ribu orang yang bekerja di industri plastik di Indonesia akan terkena dampaknya jika mentalitas ‘pelarangan’ seperti ini terus dibudayakan”, ujar Wahyudi Sulistya.

Selain itu, menurut Wahyudi, saat ini, belum ada pengganti plastik dari segi emisi karbon, fungsi, durabilitas, dan harga. “Setiap hari, kita ini menggunakan plastik karena kita membutuhkannya, ketika larangan penggunaan single-use untuk tas berbelanja disahkan, tas bungkusan pengganti yang saat ini menjadi opsi dan banyak digunakan untuk bungkusan, seperti spunbound ataupun paper bag pun juga memiliki lapisan plastik Polypropylene atau PP, yang membuat itu water-proof kan lapisan plastiknya”, tambahnya.

“Bahkan, masker surgical seperti 3Ply saja memiliki lapisan plastik juga, bisa dibayangkan, tidak mungkin kita melarang penggunaan single-use plastic padahal lapisan plastic sangat kita butuhkan sehari-hari, apalagi di tengah pandemi. Jika perhatian pemerintah dan masyarakat ada pada sampah single-use plastic, harusnya sampah masker juga menjadi perhatian, yang sekarang sudah menumpuk”, ujar Wahyudi.

“Artinya, memang solusinya tidak bisa kita larang plastiknya, melainkan waste management”, tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *