27 Maret 2025
Ruangguru 3

Marketplus.idDunia internet merupakan tempat yang bebas karena bias diakses oleh siapapun dan kapanpun. Tak terkecuali ana kremaja yang sudah mengerti teknologi. Tidak semua hal yang ada di internet bias menimbulkan efek positif. Seperti pornografi, kekerasan dan kejahatan seksual telah mengalami pergeseran dari “offline” menjadi “online”.

Bahayanya, kejahatan tersebut juga menyasaranak Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Media 2018 oleh End Child Prostitution in Asian Tourism (ECPAT) Indonesia, terdapat 150 kasus eksploitasi seksual anak dan 379 anak menjadi korban. Literasi digital orang tua dan anak perlu dilakukan sebagai upaya untuk menekan dampak negatif internet, utamanya yang hingga melanggar hukum, dan memaksimalkan potensi pada internet.

Selain itu, munculnya media social dan jejaring social telah memasuki dan merambah generasi muda. Mereka bahkan sangat mahir dan akrab dengan gawai. Interaksi dengan gawainya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, gawai alias gadget tidak dapat lepas dari tangannya. Dominasi penggunaan gawai tersebut masih hanya untuk main game saja padahal internet bias mengantar ke kehidupan lebih baik dengan konten dan membangun usaha digital.

“Bangun usahamu untuk investasi jangka pendek dan panjang. Mau aman dan pasti menguntungkan, transparan, terpercaya dan bia aterus berkembang  membangun di bidang perdagangan,” tuturMohamad Rofiuddin, S.Komp.MM Ceo Toserba Pesantren dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (2/6/2021).

Moh Rizki Firdaun yang merupakan Founder Rosokku dan Owner Custom Komunitas pandemi memberikan efek domino multi sektor. Dari mulai kesehatan, keuangan, sosial, dan ekonomi. Salah satu solusi untuk menjawab itu semua dengan menjadi pengusaha digital.

Ada beberapa tips atau langkah untuk menjadi pengusaha digital. Yaitu jangan gunakan TIK dan internet hanya untuk bermain. Ikut berbagai program pengembangan diri yang diselenggarakan siapapun dengan narasumber jelas di bidangnya. Berjejaringlah untuk menambah relasi dan komunitas. Mulai dari diri sendiri dalam skala kecil dan mulai dari sekarang.

“Pasti bisa mengembangkan potensi, tetap semangat kaum milenial, kita pasti bisa,” seru Rizki.

Sementara itu Bahruddin selaku Tim Flagger Facebook Indonesia menyatakan budaya digital menimbulkan efek perubahan sikap di dunia nyata. Bagaimana demi sosial media orang rela melakukan apa saja bahkan menyebabkan kematian.

“Contohnya selfie berlebihan menyebabkan orang sampai berfoto di tempat-tempat berbahaya demi konten dan berakhir dengan maut. Ada berita ke terjang ombak, ada yang jatuh dari lantai sekian apartemendemi konten. Ada pengertahuan yang kurang dari mereka,” ujar Bahruddin.

Lalu bagaimana agar aman di internet? Salah satunya adalah membatasi screening time sosmed. Jika hal itu sudah bisa dilaksanakan sekarang tinggal bagaimana berbudaya dan etika di dunia digital?

Novianto Puji Raharjo, S.Kom, M.I Kom, Ketua Relawan TIK Jawa Timur, Dekan akultas Dakwah IAI Dalwa memberikan masukan. Yaitu jangan sekadar cari perhatian, fokuslah pada masalah alias jangan out of topic dari hal yang diposting seseorang, dukung dengan fakta dan data, berikan solusi, terbuka pada saran danmasukan, dan jangan ragu minta maaf.

“Ada empat hal pokok persiapan memposting di ranah digital. Yaitu pastikan kebutuhannya apajah untuk individu atau kelompok. Kita harus mau untuk belajar. Ada kejelasan pihak yang bertanggung jawab atas posting atau statement dan sikap bijak berinternet,” kata Novianto.

Sementara influencer yang bergabung dalam webinar Mario Alvin memberikan tambahan bagaimana agar konten kita “dimakan” publik.

“Memahami target dari viewer apakah untuk anak muda, kontennya apa? Berkolaborasi dengan orang lain agar menciptakan peluang lebih besar. Kalau di bidang jasa jangan selfies egois, jangan hard selling juga. Lalu jangan ragu berbicara dengan pengikut kalian, karena kadang blm tentu yang menurut kita baik, baik juga buat orang lain apalagi jejak kita terekam,” jelas Mario.

Jika seseorang masih bisa dengan mudah tertipu, atau mungkin termakan berita bohong dari sosial media berarti literasi digital seseorang tersebut kurang. Maka diperlukan lebih banyak lagi menggunakan internet untuk hal-hal positif seperti webinar ataupun event digital edukatif lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *