Marketplus.id – Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif, jadi korban informasi hoax atau penipuan yang berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif.
Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Keberhasilan literasi digital yang sesungguhnya, salah satunya terwujud dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan internet secara cerdas dan positif.
“Literasi digital adalah kerja besar pemerintah tidak bisa kerja sendiri perlu dapatkan dukungan seluruh komponen masyarakat agar seluruh masyarakat makin banyak yang melek digital,” ungkap Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, dalam pembukaan Webinar Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 wilayah Sumenep, Jawa Timur, (2/6/2021).
Airlangga Bramayudha, Dosen UIN Sunan Ampel mengatakan, pemasaran online menjadi salah satu media yang paling inovatif bagi pelaku usaha untuk mempromosikan produk dan layanan mereka ke khalayak ramai bahkan dunia. Sebab dengan memasarkannya secara online, produknya akan dikenal banyak orang.
Bukan hanya dikenal oleh masyarakat dalam negeri namun juga luar negeri. Semua tergantung dari bagaimana strategi pemasaran. Adapun untuk memasarkan produk ke luar negeri atau dikenal dengan istilah ekspor barang secara online, maka perlu cara tersendiri.
“Untuk memasarkan produk ke luar negeri, Anda dapat membuat sebuah website situs. Ini jauh lebih besar peluangnya daripada sekadar memasarkan produk melalui marketplace. Anda dapat menggunakan website situs tersebut untuk mempromosikan produknya,” kata Airlangga.
Lanjut Airlangga, melewati website situs inilah calon konsumen memperoleh info lengkap barangkali tentang siapa kita, barang apapun yang di produksi, berapakah besar kemampuan produksi, bagaimana mutu barang, dan info pendukung yang lain.
“Website ini bisa dianggap sebagai catalog product yang umumnya diciptakan oleh beberapa eksportir serta disebarluaskan ke calon-calon buyer-nya di beberapa negara. Perbedannya, di website situs kita dapat memperbarui produk dengan gampang serta cepat hingga calon buyer senantiasa memperoleh info teranyar. Selain itu, website situs juga merupakan sebuah media komunikasi yang interaktif dengan calon konsumen. Oleh sebab itulah, website situs seharusnya dilengkapi dengan berbagai sarana untuk berkomunikasi segera, baik dalam bentuk e-mail ataupun chat,” paparnya.
Prasetyo Adi, S.E, Founder Kawakibi Digital Branding & Member Indonesia Brand Activist Network (IBAN), menjelaskan, selain membuat website, para pebisnis atau pelaku UMKM di saat pandemic ini bisa beralih ke pada platform digital. Karena berdasarkan hasil survei Asian Development Bank (ADB) terdapat 48,6 persen UMKM Indonesia yang tutup sementara pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19.
“Adapun UMKM yang bertahan mengalami penurunan permintaan 30 persen. Permasalahan utama yang harus dihadapi para pelaku UMKM pada saat pandemi adalah turunnya penjualan karena demand yang merosot dan terhambatnya distribusi ketika pergerakan orang dan barang terbatas,” ujarnya.
Prasetyo, menambahkan, Media digital berbasis online saat ini menjadi sasaran pelaku usaha khususnya UMKM karena dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan meminimalisir aktivitas di luar ruangan. “Pemasaran melalui sarana online juga membutuhkan modal relatif rendah. Digital Marketing bisa menjadi alternatif yang tepat saat pandemi karena di situasi ini konsumen lebih cenderung memilih proses belanja tanpa kontak fisik atau mengunakan e-wallet,”terangnya.
Dengan pemasaran melalui sarana online membuat payment juga mengalami perubahan. Yoga Widhia Pradhana, S.T, menjelaskan, e-wallet atau dompet elektronik adalah salah satu bentuk financial technology (fintech) yang menjadi alternatif metode pembayaran dengan memanfaatkan media internet. Seperti namanya, e-wallet atau dompet elektronik berguna untuk menyimpan uang yang digunakan untuk transaksi secara online maupun offline dengan menggunakan QR code.
“E-wallet ini berbasis aplikasi di smartphone. Hal ini memungkinkanmu menyimpan uang di e-wallet ini dan menggunakannya untuk pembayaran berbagai kebutuhan. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa penyedia layanan e-wallet, seperti Go-Pay, OVO, Dana, dan LinkAja,” ujarnya.
Lanjut Yoga, Link Aja lahir paling baru yang memang semua e-wallet udah luar biasa berkembang. Hal seperti ini yang perlu kita dukung. Bagaimana BUMN bisa menciptakan start up.
“Link aja merupakan terobosan dari sisi pemerintah dan kita harus masuk jangan hanya jadi market tapi juga produsen,” tutupnya.