27 Maret 2025

Marketplus.idKetika pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia awal Maret 2020, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mengalami dampak cukup signifikan. Dampak ini terjadi karena orang mulai membatasi mobilitas dan interaksi untuk menghindari tertular sang virus korona.

Orang-rang menjadi enggan makan di rumah makan, enggan berbelanja di toko atau pasar demi menghindari bertemu banyak orang. Kondisi ini memaksa para pelaku UMKM mencari berbagai cara agar bisa mempertahankan usaha mereka.

Perubahan perilaku konsumen dengan membatasi interaksi fisik dan mengurangi aktivitas di luar rumah terbukti dapat memberi peluang lebih besar kepada UMKM yang sudah terhubung dengan ekosistem digital. Sayangnya, hanya segelintir saja UMKM bisa mengikuti alur ekosistem digital.

Dalam acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis (3/6/2021), Rizky Ardi Nugroho, entrepreneur Podcaste dan YouTuber menerangkan, alasan usaha harus go digital karena potensi pasar digital Indonesia sangat besar. Karena dengan go online, dapat menjangkau pasar yang sangat luas di seluruh Indonesia. Biaya operasional lebih rendah, dengan go online dan bahkan dapat menekan beberapa biaya operasional.

“Selain itu, biaya pemasaran yang fleksibel dan rendah. Dengan go online, Anda dapat mengatur biaya pemasaran berdasarkan kebutuhan. Mulai berbisnis dengan lebih cepat dan meminimalisasi risiko,” terangnya.

Menurut Rizky, serangan pandemi memaksa para pelaku yang belum mengenal digital untuk belajar dan mulai memasarkan produk secara online. Meraka juga mulai belajar bergabung dalam platform digital seperti Shoppe atau Tokopedia.

“Para pedagang kuliner kecil mulai ramai-ramai bergabung dengan aplikasi penyedia multi layanan seperti Gojek atau Grab demi meraih konsumen yang lebih luas. Mau tidak mau pelaku UMKM harus mengikuti tren konsumen yang ingin membeli makanan tanpa harus datang sendiri. Langkah tersebut ternyata mampu menggeliatkan kembali usaha mereka, bahkan sebagian mampu meningkatkan usaha,” ujarnya.

Dalam memanfaatkan dunia digital, penggunanya juga harus cakap menggunakan dan memanfaatkannya. Soni Mongan seorang Konten Kreator menjelaskan, untuk itu, masyarakat harus meningkatkan digital skill. Di mana kemampuan individu dalam mengetahui perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta system operasi digital.

“Hal itu dilakukan, agar kita memiliki kemampuan untuk mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi. Memudahkan kita untuk melakukan hal yang dulu sulit dilakukan. Serta menjadi sumber mata pencarian dan membantu meningkatkan usaha,” ungkapnya.

Soni mengatakan dari sisi meningkatkan usaha, kalau sudah memiliki digital skill bisa mulai membuat konten untuk promosi. Kontennya tidak perlu mahal ataupun mewah. Konten yang sederhana saja bisa menarik pembeli.

“Contohnya dengan menu kuliner cilok pedas yang harganya lumayan murah. Tapi kalau dibuat konten dan foto yang menarik, maka masyarakat pasti akan membeli,” tutupnya.

Selain Rizky hadir pula empat pembicara lain yang menjelaskan tentang topik literasi digital yang lain. Pembicara lainnya yaitu Muhammad Ridwan seorang Konten Kreator, Martin Anugrah Director & Content Creator Cameo Project dan Betari Sekar Ayu sebagai Key Opinion Leader yang berbagi tentang pengalaman pribadinya di ranah digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *