26 Maret 2025
WhatsApp Image 2021-06-08 at 17.26.41 (1)

Marketplus.id – Arti kata Keakwa adalah “naik perahu”. Awalnya bangsa Portugis pertama kali ke Keakwa dan disambut oleh orang-orang dari Suku Kamoro di pinggir pantai. Warga yang mendiami pesisir pantai

Keakwa pun bertanya “apakah tuan naik perahu”?, dalam bahasa Kamoro, Keakwa berarti “naik perahu”. Dari sinilah bangsa portugis menamai pulau tersebut.

Wisata sejarah Keakwa adalah, salah satu peninggalan perang dunia ke-II yang masih tersimpan rapi, salah satunya seperti meriam berukuran panjang. Terdapat dua meriam peninggalan tentara Jepang saat perang dunia ke-II.

Meriam ini berada tak jauh dari bibir pantai, sehingga bisa dilihat secara langsung dan sangat jelas keberadaannya. Puing-puing meriam yang ada di Keakwa ini ternyata dulu merupakan basis pertahanan Jepang saat diserang Sekutu waktu perang dunia ke-II. Kampung ini menjadi basis utama pertahanan tentara Jepang melawan Sekutu di bagian Selatan Papua.

Di sini terdapat pelabuhan utama untuk mobilisasi peralatan tempur Jepang. Sehingga, tak heran sampai saat ini masih tersimpan puing-puing peninggalan Jepang di Pulau Keakwa seperti misalnya, mortir, tank, meriam, peluru dan pesawat yang masih ditemukan di kampung tersebut.

Selain memiliki peninggalan perang dunia ke-II, Pulau Keakwa juga menyimpan sejumlah kekayaan alam hayati yang berada dan masih tersimpan di dalam lautan pantai Keakwa yaitu, udang, kepiting dan ikan yang sangat berlimpah.

Keunggulan wisata lainnya yang ada di Keakwa meliputi potensi budaya, adat istiadat, serta spiritual yang dijadikan sebagai obyek ekowisata yakni: budaya nelayan, Ritual Omoko Etae (Ritual Makan tanah), pangkur sagu, kerajinan anyaman, budaya kesenian (musik, tarian dan drama cerita rakyat), dan budaya spiritual. Salah satu budaya kesenian Keakwa berupa ukiran kayu khas Kamoro yang beragam motif mengangkat cerita rakyat, yang mengandung unsur alam. Tak lupa terdapat perahu masyarakat disewakan kepada pengunjung yang mau menikmati keindahan pantai dan hutan mangrove.

Menuju Keakwa

Jika Biak Numfor berada di bagian selatan Papua dan berhadapan dengan lautan pasifik, maka Keakwa yang berada di Distrik Mimika Tengah, Kabupaten Mimika berada di bagian utara dan berhadapan langsung dengan lautan Arifuru. Lautan bebas di bagian utara ini terlihat begitu bebas tanpa ada satu pulau pun di depannya.

Perjalanan dari Kota Timika ke Keakwa membutuhkan waktu sekitar dua jam. Untuk sampai di Keakwa warga masyarakat dan para pengunjung seperti wisatawan dapat menggunakan speed boat. Perjalanan menuju Keakwa melewati lautan, muara sungai dan melewati beberapa pulau, seperti Pulau Puriri dan Pulau Bidadari.

Akomodasi di Pulau Keakwa

Untuk menghidupkan pariwisata dan perekonomian di Keakwa, maka Yayasan Somatua ikut mengambil bagian dan memberikan kontribusi dengan membangun home stay (penginapan). Potensi wisata di Keakwa sangat menjanjikan, sehingga tak heran jika Yayasan Somatua yang dipimpin oleh Maximus Tipagau langsung memberikan perhatian dengan membangun 10 unit home stay yang nantinya digunakan sebagai tempat istirahat bagi para pengunjung, terutama para wisatawan yang menikmati wisata di Pulau Keakwa.

Bahan baku pembuatan home stay pun diambil dari alam, seperti daun pangi, pelepah sagu. Hal ini sebenarnya untuk menguatkan budaya Kamoro dengan membangun home stay yang memberikan ciri khas dari tradisi Kamoro. Penginapan bagi para wisatawan ini juga dibangun di pinggiran pantai, sehingga sangat strategis dan tidak menganggu perkampungan warga masyarakat di Keakwa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *