Marketplus.id – Era digital dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua bagi anak-anak. Di satu sisi, perkembangan tersebut memudahkan anak dalam belajar tentang banyak hal yang tidak bisa ia dapatkan di sekolah. Sementara di sisi lainnya, kemajuan ini juga membawa sejumlah bahaya bagi mereka, di antaranya cyberbullying, pedofilia, pornografi, hingga kekerasan.

“Peran orang tua diperlukan untuk mengantisipasi bahaya-bahaya tersebut. Mendidik anak dengan cara-cara konvensional saja tidak cukup, Anda sebagai orang tua setidaknya perlu memahami cara mendidik anak di era digital, misalnya seputar perlindungan privasi mereka, dan berbagai penyesuaian lainnya untuk diajarkan kepada anak,” ujar Dian Nurawaliah Sonjaya, Founder Maleeha Skincare, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (18/8/2021).

Beberapa cara mendidik anak di era digital yang dapat membantu mengantisipasi bahaya-bahaya online yang mengancam anak, seperti:

  • Menggunakan aplikasi ramah anak.

Orang tua bertanggung jawab dalam mengawasi tindakan dan perbuatan anak-anaknya, termasuk saat berselancar di dunia maya. Akan tetapi, konten-konten negatif bisa saja muncul tiba-tiba dan memancing keingintahuan anak. Menggunakan aplikasi ramah anak bisa jadi pilihan sebagai cara mendidik anak di era digital dan mendisiplinkan penggunaan smartphone. Sudah banyak pengembang perangkat lunak yang memungkinkan orang tua memasang aplikasi ramah anak atau melalui parental control.

  • Menjadi panutan bagi anak.

Satu tindakah bisa mengalahkan seribu kata. Oleh karena itu, contoh nyata orang tua dalam menggunakan gawai atau smartphone bisa menjadi cara mendidik anak di era digital yang efektif. Bertindaklah sopan dan bijak di media sosial karena anak-anak merupakan peniru handal. Selain itu, orangtua juga harus membatasi penggunaan gawai pada saat berada di rumah bersama anak-anak supaya bisa ditiru oleh mereka.

  • Sediakan zona bebas teknologi di rumah.

Pada waktu dan tempat-tempat tertentu, sediakan zona bebas teknologi atau barang elektronik di rumah. Selalu sediakan waktu makan bersama, bercengkrama, dan bicara dari hati ke hati dengan bertatap muka. Mematikan televisi yang tidak ditonton juga dapat membantu fokus pada setiap anggota keluarga. Untuk mencegah anak ketagihan smartphone sejak kecil, batasi penggunaan gawai tidak lebih dari dua jam setiap harinya. Temani anak bermain permainan konvensional yang menstimulasi kreativitas. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat mendorong terjalin ikatan yang kuat antara keluarga sekaligus kebiasaan makan dan tidur yang lebih baik.

  • Beri peringatan terkait pentingnya privasi dan bahaya online.

Ketika anak mulai bisa berselancar sendiri di dunia maya, segera berikan peringatan pada anak agar tidak sembarangan menyebarkan hal-hal yang berbau privasi di dunia online. Hal-hal tersebut dapat berupa foto, alamat, nomor ponsel, dan semacamnya. Karena sekalinya hal-hal di atas tersebar secara online, maka akan sulit untuk dihapus atau ditarik lagi seluruhnya. Selain itu, beri tahu anak untuk menghindari dan menolak jika ada orang-orang tak dikenal yang meminta foto, video, atau bertemu langsung.

  • Membuat kontrak penggunaan smartphone.

Cara mendidik anak di era digital lainnya adalah dengan membuat kontrak penggunaan smartphone, khususnya jika anak telah beranjak remaja. Diskusikan apa saja kesepakatan yang akan ditulis di dalam kontrak. Masukkan ketentuan, larangan, dan sanksi yang akan Anda berikan terkait dengan penggunaan ponsel. Kontrak tertulis akan menuntu anak untuk bersikap serius dan belajar bertanggung jawab terhadap kesepakatan yang dibuat.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (18/8/2021) juga menghadirkan pembicara Alfret Nara (Practitioner IT), Selamet (Relawan TIK Indonesia), Ricco Antonius (Founder Patris Official Store), dan Diza Gondo sebagai Key Opinian leader.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *