Marketplus.id – Era teknologi membuat ponsel atau gadget seolah menjadi kebutuhan yang sulit dilepaskan. Bukan hanya orang dewasa bahkan juga anak-anak.

Rona Merita, Dosen IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, menerangkan, pola asuh digital bukan sekadar orang tua memfasilitasi kebutuhan teknologi bagi anak. Tapi peran orang tua harus tetap hadir, baik fisik juga psikis, bagi anak.

“Pengasuhan digital tidak hanya sebatas dialog dan pemasangan fitur-fitur parenting control. Namun tetap diperlukan pendampingan secara psikologis untuk anak dan remaja yang berkaitan dengan teknologi dan internet,” ujar Rona, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (8/9/2021).

Ada beberapa tips pola asuh digital bagi orang tua pertama adalah dengan membuat jadwal anak bermain gawai. Ia mengingatkan, jangan karena beraktivitas di rumah sehingga anak selalu diberikan gawai. Peran orang tua memberikan anak berbagai aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukannya sambil belajar dari rumah.

“Semakin lama anak terpapar dengan screen, kemungkinan dia untuk kecanduan gadget akan semakin tinggi. Buat jadwal dan beri batasan screen time. Kalau menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dan juga WHO, umur anak 0 sampai 2 tahun sama sekali tidak boleh diberikan screen, tidak boleh terpapar dengan gadget tetapi untuk video call saja boleh. Mungkin orang tuanya jauh, kakek-neneknya jauh,” paparnya.

Sementara untuk anak 3 sampai 5 tahun, hanya boleh melihat layar gawai selama 1 jam perhari. Satu jam tersebut tidak disarankan dilakukan dalam satu waktu. Tetapi diberi jeda, misalnya setiap 30 menit.

Ia mengungkapkan, agar orang tua mengajak anak berkegiatan lain di rumah. Seperti melihat tanaman ataupun bermain dengan kakak atau adiknya. Kemudian usia 5 sampai 7 tahun waktu screen bertambah jadi 1,5 jam perhari. Dan untuk anak di atas 10 tahun maksimal 2 jam perhari. Jadwal penggunaan layar itu perlu diberikan kepada anak agar mereka juga tidak ketergantungan dengan gawai.

“Tips kedua, perlu ada aturan rutinitas. Rutinitas sebelum Covid tetap dilakukan. Bangun tidur jam berapa, setelah itu melakukan apa itu tetap dilakukan. Tujuannya supaya nanti kegiatan offline lagi bisa terbiasa. Kebiasaan baik harus terus dilatih. Kalau bangun pagi tetap bangun pagi,” ucapnya.

Lanjutnya, bantu anak lakukan kegiatan yang menjadi hobinya. Jika orang tua belum tahu apa yang menjadi kesenangan anak, ia menyarankan agar orang tua langsung memperlihatkan aktivitas tertentu kepada anak.

“Kita arahkan saja, beri sesuatu nanti anak akan mengikuti, terbiasa. Kalau cuma nanya ‘mau nggak main ini’, anak enggak ada bayangan karena tidak melihat langsung. Jadi langsung kasih saja,” pungkasnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (8/9/2021) juga menghadirkan pembicara Amatus Shollehah (Guru Mapel TIK SMPN 1 Maron), Erna Erliana (CEO Cleopatra Management), Ariefika Listya (Dosen DKV Universitas Indraprasta PGRI), dan Firas Yodha Saskara (Foto Model) sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *