Marketplus.id — Pemasaran produk barang dan jasa saat ini sudah banyak dilakukan dengan berbagai macam saluran, termasuk media digital. Namun, pemasaran dirasa kian efektif dengan menggunakan jasa influencer. Perlu memilih tipe influencer yang tepat sesuai produk yang ditawarkan.
Demikian yang mengemuka dalam webinar bertema “Pentingnya Influencer untuk Perdagangan Bisnis Daring” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Jumat (21/7), di Makassar, Sulawesi Selatan.
Sebagai narasumber adalah Digital Content Services Lead @Good News From Indonesia Vicky Ferbian; Chief Marketing Officer PT. Cipta Manusia Indonesia Annisa Choiriya; dan Anshar Syukur selaku Pandu Digital Madya sekaligus Ambasador Wakelet Internasional.
Dalam webinar tersebut, Vicky Ferbian menjabarkan 5 tipe influencer berdasarkan jumlah pengikutnya yang terdiri atas influencer nano, influencer mikro, influencer makro, influencer mega, dan selebriti.
Kemudian, ia turut menuturkan proses dari pemasaran influencer, diantaranya menemukan influencer yang potensial (bisa menggunakan Google, platform sosial yang spesifik, ataupun kampanye kompetitor), menyeleksi (menemukan perwakilan brand serta memeriksa metrik engagement-nya), menjangkau (dengan cara memperkenalkan diri, menjelaskan mengapa kamu merupakan orang yang cocok untuk bekerja sama, dan mengajaknya untuk berkolaborasi), dan bekerja sama (dengan cara giveaway, program referral, penawaran eksklusif, konten kolaboratif, dan acara khusus).
“Sebanyak 92% konsumen mempercayai influencer lebih dari iklan,” katanya. Terkait etika digital, Annisa Choiriya menjelaskan bagaimana cara mengoptimalkan mesin pencarian agar kita dapat cerdas dalam melihat peluang lalu memanfaatkannya serta cerdas dalam menggunakan kata kunci.
Tidak hanya itu, Annisa juga menyampaikan proses perkontenan yang berawal dari pikiran dalam diri seseorang mengenai sesuatu apakah yang menjadi kebutuhan dari target audiens, kemudian memberikan kalimat dan kata yang sesuai dengan target audiens (pembuatan konten dan copywriting), dan terakhir yaitu mendistribusikan konten tersebut menggunakan media yang sesuai.
“Ketahuilah tren yang dibutuhkan masyarakat di https://trends.google.com/ atau trending topic twitter serta tren dari setiap media sosial yang kita gunakan,” ungkapnya.
Pada sesi terakhir, Anshar Syukur membawakan materi terkait perbedaan etika dan etiket yang disertai dengan contoh-contohnya lalu dilanjutkan dengan materi netiket. Menurut penuturannya, sumber nilai etika meliputi agama, budaya, filosofi, dan hukum. Selanjutnya, Anshar mengemukakan bagaimana proses interaksi dan kolaborasi pemasaran di sosial media, dimana kita harus mengerti serta memahami makna-makna dari caption, hashtag, feeds, follow, komen, dan engagement sebelum melakukan pemasaran.
Anshar mengatakan, “Mari kita rayakan teknologi, kita hormati ilmu pengetahuan, kita dukung semua bentuk kemajuan, tetapi semua harus demi mengangkat derajat manusia. Etika ada karena kita adalah manusia.”
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.