
Marketplus.id — Pandemi Covid-19 mendorong penggunaan internet dan media sosial semakin masif. Di sisi lain, potensi terjadinya kejahatan siber juga semakin tinggi.
Dengan tingkat literasi digital masyarakat Indonesia yang sangat beragam, maka pemahaman mengenai rekam jejak digital perlu ditingkatkan dan disebarluaskan.
Hal tersebut menjadi pembahasan dalam webinar bertema “Hati-hati Rekam Jejak Digital” yang dipandu oleh Irman Heryana di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (26/7).
Webinar ini diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dengan narasumber relawan TIK Provinsi Bali I Gede Putu Krisna Juliharta; dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman sekaligus relawan Mafindo Samarinda Kheyene Molekendella Boer; dan anggota Japelidi sekaligus Dosen FISIP Universitas Pancasila Diana Anggraeni.
Dalam webinar tersebut, I Gede Putu Krisna Juliharta membawakan materi keamanan digital dengan tema ‘Waspada Rekam Jejak Digital di Ruang Virtual’. Teknologi digital berkembang masif. Muncul risiko-risiko seperti penipuan daring dan pencurian dara.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman masyarakat tentang keamanan digital. Bicara tentang keamanan, ada beberapa kompetensi yang perlu dipelajari. Salah satunya tentang memahami rekam jejak digital. Segala aktivitas kita di internet dan media sosial tentu akan meninggalkan jejak digital, baik itu aktif maupun pasif. Agar jejak digital ini tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, maka diperlukan etika dalam bermedia digital.
“Berinteraksi di dunia maya pada dasarnya sama seperti di dunia nyata. Gunakan kata-kata yang sopan, perhatikan penggunaan huruf kapital, jangan gunakan kata yang mengandung SARA, hindari perselisihan, minta maaf ketika melakukan kesalahan, dan jangan memberikan data-data privasi. Lakukan pembaruan aplikasi dan pasang otentikasi dua langkah,” tuturnya.
Terkait budaya digital, Kheyene Molekendella Boer memaparkan materi dengan judul ‘Budaya Bermedia Digital: Memahami Batasan dalam Berekspresi di Dunia Digital’. Di ruang digital kita bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari latar belakang budaya berbeda. Diperlukan kompetensi budaya bermedia digital. Sebagai warganet Indonesia, maka nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika perlu menjadi landasan dalam bermedia digital. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, maka ruang digital sebagai wadah berekspresi akan terhindar dari kebebasan berekspresi yang kebablasan, misalnya ujaran kebencian dan hoaks.
“Jangan sampai yang kita posting menimbulkan keresahan, mengacaukan ketertiban, membuat huru-hara, menghasut orang lain, ataupun melanggar hak dan melukai orang lain. Ekspresikan dirimu dengan cemerlang di ruang maya,” katanya.
Pada sesi terakhir, Diana Anggraeni menerangkan materi kecakapan digital dengan tema ‘Digital Skill: Menjaga Jejak Digital di Internet’. Pandemi memaksa masyarakat melek digital. Ketika itu terjadi, muda-tua mengalami euforia. Orang-orang menjadi semakin kreatif, namun di sisi lain juga makin terbuka lebar peluang kejahatan siber. Diana menjelaskan, rekam jejak digital adalah tapak data yang tertinggal setelah beraktivitas di internet. Ini penting untuk dijaga, karena pengguna internet saat ini dari beragam usia dan kalangan. Ada yang sudah terliterasi, ada juga yang belum.
“Rekam jejak digital yang perlu dilindungi antara lain foto, video, pesan, komentar, unggahan konten, dan data diri serta informasi keuangan. Tips menjaga jejak digital ini yaitu dengan menggunakan kata sandi kuat, PIN, dan otentikasi dua langkah, jangan sebarkan data pribadi, hapus aplikasi tidak digunakan, unggah hanya konten positif, bijak dan empati di media sosial,” pungkasnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.