17 September 2024

Marketplus.id — Berdasar data yang ada, terdapat 232,4 juta serangan siber di Indonesia sepanjang periode 2018. Serangan siber tersebut terjadi karena, salah satunya, kelalaian pengguna internet sehingga menyisakan jejak digital. Ancaman kejahatan siber bisa diminimalkan dengan disiplin menjaga keamanan perangkat dan tidak sembarangan mengunggah informasi pribadi.

Demikian yang dibahas dalam webinar yang bertema “Tips dan Trik Melindungi Diri dari Kejahatan Dunia Maya”, Rabu (26/10), di Pontianak, Kalimantan Barat, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Webinar ini menghadirkan narasumber, antara lain Relawan Mafindo Yogyakarta Nina Ulfah Nulatutadjie; dosen Bisnis dan Marketing UIN dan Relawan TIK Tulungagung Deny Yudiantoro; dan dosen Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Bastian Jabir Pattara.

Dalam paparannya, Nina Ulfah menguraikan, tingginya penggunaan internet dan interaksi di ruang digital sejalan dengan besarnya potensi ancaman kejahatan siber. Menurut dia, ancaman terhadap perangkat digital terjadi lewat kebocoran data melalui aplikasi, gangguan pada jaringan Wi-Fi, perangkat lunak yang tidak diperbarui, pengelolaan kata sandi yang buruk, atau lewat rekayasa sosial. Selain itu, ancaman juga datang dari jejak digital yang ditinggalkan selama beraktivitas di ruang digital.

Jejak digital, menurut Nina, bisa memicu terjadinya kejahatan siber. Sebab, aktivitas di ruang digital selalu meninggalkan jejak, seperti riwayat pencarian, lokasi yang sering dikunjungi, foto dan video yang diunggah dan sudah dihapus, maupun persetujuan akses cookie. Jejak-jejak semacam itu akan tersimpan selamanya di internet lewat ragam aktivitas yang dilakukan.

“Lalu, apa saja kasus yang bisa dilaporkan ke aparat berwenang? Antara lain penipuan online, pornografi, terorisme, penyadapan, pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan pencurian data. Ingat, sepanjang 2018, berdasar data yang ada, terdapat 232,4 juta serangan siber di Indonesia,” kata Nina.

Nina menyarankan, agar terhindar dari risiko ancaman kejahatan siber, sebaiknya tidak mengunggah data pribadi yang sensitif ke internet atau media sosial. Jenis data yang dimaksud adalah nama-nama keluarga, alamat rumah, nomor KTP, ras, etnis, agama, riwayat kesehatan, pekerjaan, dan sejenisnya. Selain itu, buatlah kata sandi yang rumit berupa kombinasi huruf dan angka pada perangkat gawai yang kita gunakan atau pada akun digital yang dimiliki.

Deny Yudiantoro juga menyampaikan hal senada. Menurut dia, ancaman kejahatan siber, salah satunya, datang dengan modus menyampaikan tawaran investasi menarik atau undian berhadiah. Padahal, tawaran tersebut palsu dan bertujuan menguras dana calon korban lewat rekayasa.

“Ciri tawaran investasi ilegal yang sebenarnya menipu calon korban adalah menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Memberi janji bonus untuk perekrutan anggota baru dan kerap menggunakan jasa tokoh, figur publik, maupun influencer lainnya. Lalu, klaim tanpa risiko,” ujar Deny.

Agar tak tertipu, lanjut Deny, sebaiknya tidak merespons ajakan tersebut yang disampaikan lewat aplikasi percakapan, telepon, SMS, maupun e-mail. Apabila masih ragu, sebaiknya perusahaan investasi tersebut dicek legalitasnya di situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Waspadai apabila mereka meminta kode OTP, nomor kartu kredit, maupun PIN.

Sementara itu, Bastian menjelaskan bahwa selain masalah keamanan digital, tantangan lain di era digital sekarang ini adalah mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya sopan santun di ruang digital, serta tergerusnya budaya asli Indonesia oleh budaya asing. Selain itu, pemahaman pengguna internet di Indonesia mengenai hak-hak digital juga masih minim. Begitu pula dalam hal toleransi dan bagaimana pentingnya menghargai perbedaan.

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *