Marketplus.id — Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital, Rabu, 22 Februari 2023, di Jawa Barat.
Tema yang diangkat adalah “Kenali Batasan dalam Berpendapat di Ruang Digital” dengan menghadirkan narasumber Senior Product Manager Ipusta.id Anwar Sadat; Fasilitator Makin Cakap Digital, Community Outreach of Tular Nalar & Pelatihan Literasi Digital bagi guru BK se-Jakarta Utara Julita Hazeliana; dan Pembina Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. Dalam merespons hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate yang memberikan sambutan secara daring menyampaikan bahwa selain membangun infrastruktur digital, pusat-pusat data, dan telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kemenkominfo juga secara langsung mengadakan sekolah vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang bertalenta digital.
“Kemenkominfo menyiapkan program-program pelatihan digital pada tiga level, yaitu Digital Leadership Academy yang merupakan program sekolah vokasi dan pelatihan yang diikuti oleh 200-300 orang per tahun bekerja sama dengan delapan universitas ternama di dunia. Digital Talent Scholarship sebagai program beasiswa bagi anak muda yang ingin meningkatkan kemampuan dan bakat digital. Dan yang terakhir Workshop Literasi Digital yang dapat diikuti secara gratis bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” tutur Johnny.
Dalam paparannya, Anwar Sadat mengemukakan, dalam ruang digital setiap orang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang datang dari berbagai latar belakang budaya. Dengan demikian, interaksi antarbudaya tersebut dapat menciptakan standar baru tentang etika. Oleh karena itu, segala aktivitas di ruang digital membutuhkan apa yang disebut sebagai etika digital.
“Sebagai contoh, ada etika dalam menyampaikan pendapat. Misalnya, sampaikan pendapat dengan cara yang santu dan sopan, serta baik dan tepat. Berpendapatlah sesuai dengan kadar kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki. Yang tak kalah penting adalah harus menghargai pendapat orang lain,” kata Anwar.
Ia juga mengingatkan warganet untuk tidak mudah mengunggah unggahan yang bernada negatif. Unggahan tersebut misalnya adalah unggahan yang melanggar kesusilaan dan kesopanan, mengandung unsur perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, penyebaran berita bohong, hingga ujaran kebencian.
Sementara itu, Meithiana Indrasari mengakui bahwa tantangan budaya digital di era sekarang ini cukup berat. Beberapa di antaranya adalah mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya sopan santun, menghilangnya budaya asli Indonesia akibat serbuan budaya asing, serta berkurangnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
“Ada yang mengekspresikan kebebasan berpendapat secara kebablasan. Itu disebabkan minimnya pengetahuan akan hak-hak digital, termasuk pelanggaran privasi dan hak atau karya cipta intelektual,” ucap Meithiana.
Ia juga mengingatkan pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku. Tujuan penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah untuk memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas dan tepat oleh audiens. Dengan demikian, kesalahpahaman di ruang digital bisa dihindari.
Adapun Julita Hazeliana mengatakan, berpendapat di ruang digital membutuhkan kecapakan bermedia digital. Menurut dia, individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras maupun lunak dalam lanskap digital. Baik itu berupa mesin pencari informasi, aplikasi percakapan, media sosial, maupun aplikasi dompet digital dan lokapasar.
“Pengetahuan dasar perangkat keras adalah mengetahui dan memahami fungsinya. Sementara pengetahuan dasar untuk perangkat lunak adalah sistem operasi, pengetahuan dasar aplikasi, dan pengetahuan dasar internet,” ujarnya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo.