4 Oktober 2024

Marketplus.co.idPandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 8 bulan lebih, membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tak terkecuali golongan milenial yang mungkin saat ini tengah “senang-senangnya” bekerja — dan sedang memantapkan karir.

Pengalaman berbulan-bulan bekerja dan melakukan berbagai aktivitas dari rumah, ternyata membuat mereka semakin menyadari pentingnya memiliki hunian sendiri.

Arsitek Rubi Roesli memahami bahwa masalah covid-19 adalah tantangan terbesar bagi dunia arsitektur karena sifat bisnis mereka yang sangat fisikal. Menurutnya, apapun inovasi arsitektur yang dilakukan saat ini (termasuk untuk memenuhi hasrat kemilenialan), kuncinya adalah perhatian terhadap problem kesehatan. “Jadi segala macam bentuk desain harus dibawa ke sana,” ujar founder “Biroe Architecture & Interior” tersebut.

Rubi mengamati, ada kecenderungan perubahan gaya hidup baru di kalangan masyarakat sebagai respon atas kondisi pandemik ini.  Ia melihat, orang-orang menjadi lebih peduli terhadap faktor kesehatan yang diperlihatkan melalui pilihan makanan sehat dan gaya hidup sehat seperti meningkatnya aktivitas berolahraga.

“Bayangkan, sekarang banyak yang tiba-tiba bercocok tanam sayuran di rumah. Selain merupakan tren lifestyle untuk mendapatkan makanan dari sumber yang lebih dekat dan segar, hal itu mungkin juga dilatari kekhawatiran terhadap masalah distribusi pangan,” tambahnya.

Perubahan lain yang ia lihat adalah meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja online guna meminimalisir interaksi dengan orang lain karena kekhawatiran terhadap penularan kuman.  Selain itu jangan lupa, ada “budaya baru” di kalangan karyawan yang dipaksa bekerja di rumah (wfh – work from home) selama berbulan-bulan terakhir.

Ruby menangkap, kebutuhan yang terlihat jelas di kalangan konsumen properti terkait kondisi pandemik saat ini adalah space untuk berolahraga dan melakukan hobinya di rumah (walau ukurannya minimalis) serta ruangan yang bisa mengakomodasi kebutuhan bekerja di rumah.

“Saya kira, kecenderungan-kecenderungan seperti ini harus direspon para arsitek. Di saat orang butuh ruang jarak jauh, bisa meeting online dan bicara nyaman di zoom tanpa terganggu suara anak-anak, sementara di sisi lain anak-anak juga butuh ruang untuk belajar online. Dan nggak bisa dipungkiri, orang yang bekerja di rumah juga butuh ‘me time space,” ujarnya lagi. Namun Rubi percaya, dunia arsitek serta developer properti akan semakin kreatif mencari solusi atas berbagai masalah tersebut.

Adanya consumer insights di atas dibenarkan oleh Presiden Direktur PT. Aesler Grup International (AESLER), Jang Rony Yuwono. Dalam konferensi pers pasca IPO April lalu, ia mengakui ada cukup banyak permintaan penyesuaian desain arsitektur dengan banyaknya penerapan wfh sejak masa pandemik Covid-19.

Bagi AESLER, kata Jang Rony, merebaknya virus corona adalah tantangan tersendiri untuk menghadirkan desain arsitektur ruang yang lebih kreatif dan mengintegrasikan pola hidup baru. Untuk menghadapi berbagai kejadian tidak terduga seperti pandemic corona ini, AESLER sudah menyiapkan desain hunian dengan konsep yang mereka sebut “FUTURE PROOFING HOMES”.

Konsep Future Proofing Homes, papar Jang Rony, adalah sebuah konsep dalam mendesain sebuah bangunan terutama hunian dengan mindset “antisipasi” terhadap kejadian tidak terduga di masa depan. Desain itu harus mampu meminimalisasi shock effect dan physical stresses yang terjadi akibat kejadian tidak terduga tersebut.

“Konsep ini berbeda dengan yang selama ini diusung oleh beberapa arsitek lainnya, yang notabene kebanyakan memberikan solusi sebatas ruang-ruang dengan social distancing ataupun pencegahan melalui penggunaan sekat ruang,” jelasnya.

Lebih dari sekadar kejadian insidental, Jang Rony memahami bahwa kejadian seperti Covid bisa saja terjadi rutin bahkan menjadi siklus tahunan dalam bentuk berbeda. Karena itu, “Ketika mendesain sebuah hunian berskala besar, seorang arsitek juga harus memikirkan berbagai kemungkinan krisis seperti food scarce atau economy breakdown, political war, dll yang akan mempengaruhi pola hidup dan produk hunian,” ujarnya.

Lalu bagaimanakah desain hunian “Future Proofing Homes” yang diusung AESLER tersebut? Jang Rony menjabarkan dalam poin-poin sebagai berikut:

  1. Self Sustained lifestyle” in a masterplan – desain hunian yang memungkinkan komunitas di dalam kompleks real estate tersebut memiliki berbagai aktivitas/lifestyle yang lengkap. Hal ini akan membuat kompleks tersebut lebih mandiri, terhindar dari risiko penularan penyakit dari luar.
  2. Outdoor to Indoor – karena semakin banyak orang meluangkan banyak waktu di rumah, perlu kesan “outdoor” dalam konsep ruangan hunian.
  3. Dynamic and Adaptive Layout – Pentingnya sebuah tempat/area di rumah yang dapat didedikasikan menjadi sebuah “Study corner” atau ruang belajar/bekerja.
  4. Living and Kitchen, Heart of Home – beberapa bulan terakhir, trend hunian semakin terkonsentrasi pada pemanfaatan living room dan kitchen.
  5. Garden Parks home – penghijauan yang memadai sebagai “paru-paru cluster” yang mampu mendorong gaya hidup sehat setiap penghuninya.

Menurut Jang Rony, konsep desain bertema “antipasi” ini, juga memberikan kepastian investasi bagi calon investor maupun end user hunian untuk menjaga “value” property tersebut hingga di masa depan. Ia yakin, produk properti yang didesain dengan konsep ini mampu menjadi “resilient” atau “tahan banting” terhadap risiko akibat kejadian tidak terduga di masa depan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *