11 Februari 2025

Marketplus.co.id Jakarta sebagai kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara tentu saja memiliki banyak kompleksitas sehari-hari, termasuk jumlah komuter yang mencapai 3,5 juta orang per-hari, dengan peningkatan jumlah komuter per-tahun 20%, yang kemudian berimbas pada kemacetan. Menurut data Badan Pengelolaan Transportasi Jabodetabek, Jakarta diprediksi akan macet total di tahun 2029.

Kegiatan commuting Jabodetabek menghabiskan waktu hingga 3-4 jam di jalan per hari untuk mencapai tempat tujuan, sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta sendiri rata-rata waktu yang dihabiskan adalah 1-2jam di jalan. Rata-rata waktu ini ternyata 2,3 kali lipat lebih tinggi dari waktu yang ideal untuk seseorang menghabiskan waktu di jalan untuk commuting setiap harinya. Idealnya, sebuah hasil studi oleh University of California, San Fransisco yang melibatkan 1000 pekerja mengatakan bahwa waktu ideal untuk commuting adalah 16 menit per hari, untuk work life balance.

Oleh sebabnya, melihat potensi masalah dari aspek ini, pemerintah baik pusat dan provinsi sudah mulai membangun infrastruktur yang diharapkan akan menjadi solusi dari masalah kemacetan di ibu kota.

Pada tanggal 15 Oktober 2020, Core Cipete, creative office and residence persembahan PT Jaya Real Property Tbk. (JRP) melakukan webinar edukasi untuk publik mengenai rencana penataan kota Jakarta dengan judul “Cerdas Berinvestasi Hadapi Masa Depan Kota Jakarta, Ramah Lingkungan, Terintegrasi, Serba Cepat”, sehingga publik terbuka matanya akan permasalahan ibu kota dan mulai mempersiapkan diri untuk menyambut arah baru dari ibu kota, yakni kota yang smart, green, berbasis Transit Oriented Development, dan berkelanjutan.

Dalam acara webinar ini, turut hadir Sofian Sibarani, founder & director Urban+, firma pemenang dari sayembara desain ibu kota Negara yang memberikan edukasi mengenai rencana penataan kota Jakarta, “Macet merupakan masalah yang serius untuk ibu kota Jakarta hari ini bahkan hingga tahun-tahun ke depan, sehingga pemerintah mengambil langkah untuk melakukan pembangunan untuk infrastruktur transportasi publik yang terintegrasi, seperti MRT yang saat ini sudah mulai pembangunan Fase II, LRT, dan juga Kereta commuter line dengan estimasi investasi hingga Rp 350 Triliun dalam 10 tahun ke depan untuk Jabodetabek”, ujar Sofian dalam webinar tersebut.

Sofian menjelaskan bahwa kota Jakarta ke depannya akan menjadi kota modern yang serba terintegrasi dan mengandalkan konsep Transit Oriented Development (TOD). TOD merupakan konsep pengembangan kawasan yang mengintegrasikan simpul transit sebagai pusat pengembangan dengan kawasan campuran di sekitarnya dalam cakupan radius 400m sampai 800m.

“Melihat problematika kota Jakarta hari ini, seperti polusi, kemacetan, ini kemudian hari akan membuat penggunaan transportasi publik irresistible, dengan dibangunnya infrastruktur yang nyaman yang menghubungkan intra dan antar kota, masyarakat akan dengan dengan sendirinya menjadi beralih ke transportasi umum untuk waktu tempuh yang lebih efisien, penghematan, juga kenyamanan. Kota Jakarta nantinya akan menjadi kota yang lebih ramah lingkungan, terintegrasi, dan serba cepat”, tambahnya.

“Seperti apa yang sudah dikatakan oleh Bapak Sofian, masalah kemacetan akan menjadi serius dalam waktu dekat, di kemudian hari, penggunaan transportasi publik akan menjadi pilihan utama, bukan lagi karena terpaksa. Karena, jika tidak, kita harus rela menghabiskan waktu berkali lipat lebih lama dari hari ini untuk mencapai suatu tujuan”, ujar Arum Prasasti, General Manager Bintaro Jaya High Rise yang juga turut hadir dalam webinar tersebut.

Arum juga menambahkan, “Masyarakat harus mulai membuka mata akan transformasi kota Jakarta yang ancang-ancang pembangunannya sudah dimulai, seperti Fase II pembangunan  MRT yang nantinya akan mencapai 230km. Artinya, MRT sendiri akan menjadi poros transportasi intra dan antarkota, karena kecepatannya, dan juga kenyamanannya. Selain itu, konsep pengembangan Kawasan TOD sendiri juga sudah menjadi fokus pengembangan JRP yang berpengalaman 40 tahun membangun Kawasan perkotaan, sesuai dengan perkembangan zaman”.

Sebagai produk terbaru dari Bintaro Jaya High Rise, Core Cipete sendiri adalah sebuah inovasi dari JRP yang dibangun dengan menyesuaikan kebutuhan generasi millennials dan juga perkembangan zaman. Dengan mengusung konsep CORE atau Creative Office and Residence, Core Cipete menjawab kebutuhan akan one stop living yang dinamis yang nantinya akan menjadi bagian dari kawasan TOD MRT Cipete Raya yang akan memberikan banyak manfaat bagi penghuni seperti efisiensi biaya transportasi dan work life balance karena konsep hybrid kantor dan hunian, hingga segi keberlanjutan lingkungan karena pengurangan emisi karbon dari penggunaan kendaraan pribadi.

“Seperti yang kita lihat sekarang, sebagian masyarakat sudah mulai menunjukkan kesadaran untuk bergaya hidup ramah lingkungan, seperti menggunakan sepeda dan transportasi publik. Ke depannya, gaya hidup ini akan menjadi karakter masyarakat ibu kota Jakarta”, tambah Sofian.

Gading Marten, aktor, presenter dan entrepreneur ternama ini pun turut mengamini pendapat Sofian dan Arum, “Menurut saya, permasalahan macet di Jakarta ini terlihat sepele, padahal ini memberikan banyak dampak keseharian, seperti produktivitas kita. Terkadang, karena waktu habis di jalan, kita jadi kehabisan waktu atau energi untuk melakukan hal-hal positif setelah pulang bekerja, seperti berkumpul dengan keluarga, atau berolahraga”, ujar Gading Marten, saat menghadiri webinar yang sama.

Gading juga merupakan pengguna MRT, terutama ketika sedang terburu-buru untuk mencapai tujuan di tengah kota, menurutnya, dengan adanya MRT, sangat membantu mengurangi jarak tempuh. “Saya sendiri, merupakan pengguna MRT, dan mengetahui bahwa ada apartemen yang akan terhubung 0 meter dari stasiun MRT Cipete, hal ini sangat menarik bagi saya, pasti ini akan menjadi investasi yang sangat baik. Ini harus jadi pertimbangan milennials untuk cerdas dalam mengalokasikan uang, ibaratnya, daripada cicil mobil, mending beli properti, harganya pasti naik, selain itu terhubung langsung dengan MRT, pasti ada hemat biaya transportasi pribadi seperti bensin, pajak,  dsb.”, ujar Gading.

Selain terhubung langsung dengan stasiun MRT Cipete, Core Cipete juga terletak di lokasi prima di CBD Jakarta Selatan. Sofian Sibarani mengatakan “Pengembangan kawasan yang mengusung konsep TOD, pasti akan memberikan manfaat paling baik bagi penghuni di sekitarnya, seperti kemudahan akses, fasilitas, dan kenyamanan, apalagi jika lokasinya di CBD Jakarta. Core Cipete merupakan salah satu produk yang cemerlang dan sangat sesuai dengan rencana penataan kota Jakarta”.

“Saat ini Core Cipete sudah melewati beberapa milestone pengembangan, dan telah memasuki tahap penjualan resmi sesuai dengan janji kami. Seiring dengan berjalannya pembangunan kota Jakarta yang cenderung cepat, berinvestasi dengan membeli properti pada masa ini merupakan masa yang tepat, apalagi properti dengan lokasi yang tepat sejalan dengan masa depan kota”, ujar Arum. “Benar apa yang dikatakan Gading, properti yang dipilih dengan cermat sejatinya akan terus meningkat nilainya, dan dengan memiliki unit di Core Cipete yang terhubung 0 meter dari stasiun MRT Cipete, pastinya akan berpengaruh pada pengeluaran untuk kendaraan pribadi, seperti cicilan mobil, bensin, pajak”, tambahnya.

Core Cipete akan dibangun di lahan seluas 2.600 m2 di Jalan RS Fatmawati Raya, Jakarta Selatan. Memiliki 17 lantai, CORE Cipete akan hadir dengan 199 unit Core yang terdiri atas studio, workshop, dan quarter dengan luas unit mulai dari 30 m2 hingga 90 m2. Menyambut semarak akhir tahun, Core Cipete menghadirkan promosi berupa potongan harga hingga ratusan Juta rupiah dan angsuran sampai dengan 60X.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *