
Marketplus.id – Literasi digital sangatlah penting karena dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekedar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.
“Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital. Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar dan bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkrit di tengah masyarakat agar makin cakap memenfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, dalam acara Webinar Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 wilayah Batu, Jawa Timur, Jumat (4/6/2021).
Sri Astuty, Dosen FISIP ULM Banjarmasin dan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), menekankan, pengguna media digital pasti meninggalkan jejak digital. Yaitu jejak yang dibuat dan ditinggalkan saat menggunakan perangkat digital.
“Contoh jejak digital seperti foto dan ketikan yang kita share tidak bisa dihapus. Hati-hati juga dengan berbagai lokasi, interaksi menggunakan media sosial,” paparnya.
Astuty menjelaskan, skill yang paling penting untuk diasah dalam era digital ini adalah mengembangkan rasa ingin tahu, mencari sumber-sumber untuk menambah literasi agar bisa berpikir kritis sebelum berbagai informasi dan berkomentar agar tidak merugikan orang lain dan tidak terkena hoax.
“Digital skill ini memang harus dimiliki individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital,” tambah Firman Surya, Kabid Program & Aptika Relawan TIK Indonesia Prov. Bangka Belitung dan Sekretaris Umum Pengurus Esports Indonesia Kabupaten Belitung Timur.
Per September 2020, sebanyak 270,20 juta jiwa (BPS, 2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan aktivitas pembelian barang atau jasa secara daring. Salah satu penyebab meningkatnya transaksi daring adalah masa pandemi Covid-19 saat ini, segala mobilitas fisik sangat dibatasi.
“Transaksi digital cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual tergabung dalam marketplace yang sudah menyediakan metode pembayaran resmi. Salah satunya memanfaatkan dompet digital,” papar Firman.
Firman mengungkapkan, QRIS diluncurkan demi mendukung perkembangan ekonomi digital. Melalui system QRIS, pembayaran digital menjadi lebih mudah dan dapat diawasi oleh regulator dari satu pintu. QRIS berlaku untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based (e-money), dompet elektronik, atau mobile banking. Seperti OVO, Gopay, LinkAja, Shopee Pay.
Selain Astuty dan Firman, pembicara webinar di wilayah Batu, Jawa Timur, Jumat (4/6/2021) menghadirkan Dedy Helsyanto yang mengangkat tema etika digital dasar dan juga Dewi Sari membawa tema membangun budaya digital Indonesia. Webinar ini mengutamakan empat pilar penting yaitu digital skill, digital safety, digital ethics, dan digital culture.