Marketplus.id – Saat ini fenomena kecanduan digital pada anak menjadi masalah penting yang harus diatasi. Bagaimana anak sulit sekali dilepaskan dari gawai dan internet karena telah terbiasa berinteraksi di dalamnya entah itu untuk bermain media sosial atau game. Selain kecanduan ada juga yang disebut dengan phubbing yaitu sikap mengabaikan seseorang yang berinteraksi dengan kita karena perhatiannya tertuju pada ponsel.
Hal ini dibahas oleh Ahmad Taufiq Jamaludin, Sekretaris Relawan TIK Provinsi Banten, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Rabu (23/6/2021). Kecanduan dan phubbing ini akhirnya mengakibatkan performa belajar daring menurun karena anak-anak bosan, rindu tatap muka dengan teman-temannya dan banyak faktor lainnya.
“Kecanduan ini akhirnya berpengaruh pada peserta didik dalam mengerjakan tugas. Setelah tahu semua mudah di internet, mereka jadi belajar lebih sedikit, mereka berpikir singkat karena semua bisa dicari di internet, tidak fokus pada pelajaran, waktu lebih banyak di media sosial untuk kesenangan. Belum lagi malas belajar, jenuh, lebih banyak bersantai dan bermain,” ujar Ahmad.
Keadaan pandemi Covid 19 yang kini tingkat penularannya malah semakin tinggi membuat wacana belajar tatap muka kini mundur lagi. Karenanya digital parenting menjadi hal penting. Orang tua harus sebagai filter utama dari educator ataupun sumber lain.
“Jangan tugas pendidikan anak diserahkan ke guru atau zoom, tetap kuncinya di orang tua. Karena jika sudah terjebak risikonya banyak. Seperti cyber bullying, cyber fraud (informasi tidak benar, penipuan transaksi online), pornografi, cyber gambling, dan cyber stalking. Ini ketika orang tua lepas kontrol akan bahaya,” tuturnya.
Karenanya antara orang tua dan anak ada ketentuan teknologi digital yang disepakati bersama. Ada peraturan dan batasannya, berikan bimbingan pedoman agama, evaluasi dan perumusan kembali seperti terbuka dengan anak. Tak lupa diskusikan kebutuhan tanggung jawab dan risikonya. Setiap koneksi diawali doa, niat dan terencana.
Koneksi yang terencana adalah ketika anak dan orang tua berkomunikasi tentang apapun yang ia gunakan dengan gawai dan internet. Koneksi tidak terencana seperti diperbudak media digital misalkan nonton YouTube atau streaming film berkelanjutan tanpa batas atau terlarut game seharian.
Tentunya semua kendali dan keputusan di tangan orang tua. Banyak yang perlu dibenahi jika ingin semua berjalan sejalan. Berikan anak perhatian, pengakuan, dan pujian. Baik ibu dan ayah harus sama-sama hadir dan terlibat dalam pengasuhan. Mulai memberikan pola asuh dengan tujuan. Komunikasikan segalanya dalam keluarga, kritis, memilih dan mengambil keputusan. Pendidikan persiapan kedewasaan saat anak akhir baliq harus dibimbing orang tua. Pendidikan agama harus orang tua yang mengenalkan. Orang tua harus edukasi literasi digital pada anak karenanya mereka juga harus terliterasi dengan baik.
“Anak peniru terbaik. Bagian otak mereka baru bisa keputusan sempurna di usia 25 tahun. Ada istilah orang tua memukul anaknya karena telah merusak HP, tetapi mengapa tidak ada orang yang memukul HP-nya karena telah merusak anaknya,” tutupnya.