21 Januari 2025
LitDig-ePoster_28Jun

Marketplus.id — Bertebarnya konten sensasional di media sosial rupanya bukan merupakan sesuatu hal yang aneh lagi. Hal ini terjadi lantaran banyaknya orang yang ingin eksis dan mendapatkan uang secara praktis bermodalkan konten yang dibuatnya. Namun sangat disayangi karena konten yang sensasional ini biasanya mengandung unsur hoaks atau hal yang tidak terpuji.

Demikian yang mengemuka dalam webinar bertema “Buat Konten di Era Digital, Siapapun Bisa Menjadi Sultan!”, Senin (12/9), di Makassar, Sulawesi Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Hadir sebagai narasumber adalah Kepala Biro Kompas TV Makassar Maya Oktharia; Senior Trainer dan Psikolog Hellen Citra Dewi; dan Nia Nurdiansyah selaku Narablog dan Konten Kreator.

Dalam webinar tersebut, Maya Oktharia menyebutkan beberapa peluang usaha atau aktivitas yang dapat dilakukan di dunia digital, seperti narablog, konten kreator Tiktok, Youtuber, berjualan di Tiktok, dan lain sebagainya. Kemudian, ia menjelaskan apa saja yang dilakukan oleh seorang konten kreator, salah satunya adalah menganalisa brand dan kompetitor. Maya turut menuturkan tips untuk menjadi konten kreator, diantaranya yaitu dengan menjadi pendongeng, terfokus dalam satu bidang, serta bangun personal branding.

“Manfaatkan ruang digital dengan bijak dan cerdas. Jangan wasting time percuma hanya dengan nonton Youtube, nonton Tiktok, karena ayo dong semua orang punya bakat dan punya perangkatnya. Jadi kita harus turut memanfaatkannya,” pesan Maya.

Terkait etika digital, Hellen Citra Dewi menggarisbawahi bahwa jati diri kita dalam ruang budaya digital tidak berbeda dengan budaya non digital. Hellen menjabarkan contoh-contoh digitalisasi budaya di ruang digital seperti mewujudkan kesetaraan lewat gerakan digital inklusif dan menggalang solidaritas warga melalui media digital.

“Contoh gerakan sosial sepanjang pandemi yaitu donor plasma konvalesen, menyediakan bahan pangan dan kebutuhan pokok bagi yang isoman, serta konseling online gratis untuk pendampingan,” tuturnya.

Pada sesi terakhir, Nia Nurdiansyah menekankan bahwa atensi di media sosial dapat dijadikan sebagai uang. Menurutnya, di saat orang-orang mulai sadar kalau media sosial dapat dijadikan uang, orang-orang mulai mencari sensasi agar mendapatkan perhatian. Selanjutnya, ia memberikan sejumlah contoh konten sensasional untuk melengkapi penuturannya.

Nia mengatakan, “Kita perlu paham netiket karena media sosial sudah bergeser bukan hanya menjadi media komunikasi tetapi ada hiburan, informasi berita, dsb. Orang-orang juga mulai mengalami pergeseran, bukan hanya sebagai penikmat tetapi juga menjadi kreator.”

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *